Legenda itu bernama Diego Armando Maradona. Sosok yang bisa membuat decak kagum ketika berada di lapangan hijau. Sosok yang mahir menjual diri melalui pernyataannya. Jika pun tak boleh mengatakan sempurna, maka Maradona adalah sosok yang luar biasa.
Saat di lapangan hijau, Maradona tahu bahwa dia harus menjadi pusat perhatian. Tengoklah laga Argentina vs Inggris di Piala Dunia 1986.Â
Sangat jarang ada satu orang di ajang piala dunia yang mampu membuat decak kagum dan cemoohan dalam satu laga. Tapi, Maradona bisa melakukannya.
Saat melawan Inggris di babak perempatfinal itu, Maradona mencetak gol dengan tangannya. Satu hal yang dihujat banyak orang. Namun, beberapa menit kemudian, Maradona mencetak gol setelah melewati lima pemain Inggris. Â
Maradona seperti menjadi aktor tunggal dalam laga itu. Dia makin dikenang karena satu assistnya membuat Argentina bisa mencetak gol ketiga saat melawan Jerman Barat di final. Argentina juara Piala Dunia 1986 usai mengalahkan Jerman Barat 3-2.
Apa hanya itu, aksi Maradona di lapangan hijau? Tidak. Sangat banyak sekali aksi mengagumkan Maradona di lapangan hijau karena dia paham bahwa dia harus bisa menjual diri, dia adalah pusat perhatian.
Saat laga pembuka Piala Dunia 1990, Maradona juga tahu bahwa dia harus jadi pusat perhatian. Saat laga Kamerun vs Argentina akan segera dimulai, Maradona memilih memegang bola.Â
Dia timang bola dengan kakinya, bola melambung tinggi dan dia teruskan dengan pundaknya. Mata kamerna mana yang tak mau melihat momen itu?
Maradona juga bisa membuat Napoli juara Liga Italia dua kali. Sebuah pencapaian yang tak pernah ada bagi Napoli sebelum era Maradona  dan setelah era Maradona, setidaknya sampai saat ini.
Saat bicara Napoli, orang Naples akan ingat pada sosok Maradona. Orang mungkin tak akan ngeh bahwa di skuat Napoli saat itu ada Careca dan Alemao (duo Brasil).Â
Nama yang terakhir ini dicerca publik Brasil karena seperti berbaik hati pada Maradona di laga 16 besar Piala Dunia 1990 antara Argentina vs Brasil. Kala itu Alemao tak menghentikan Maradona, hingga akhirnya sang maestro memberi umpan pada Caniggia dan berujung gol.