Pemain Boca Juniors yang juga mantan pemain Juventus, Carlos Tevez bicara lantang soal kepekaan. Tevez berpendapat bahwa para pemain dan juga klub peka dengan turun membantu mereka yang terimbas wabah corona. Mereka yang terimbas adalah para pekerja yang kehilangan pekerjaan karena kebijakan lockdown dan sejenisnya.
Tevez mengungkapkannya pada America TV dan diterjemahkan Bein Sports dan dikutip mundoalbiceleste.com. Lelaki kelahiran 1984 itu mengatakan bahwa pesepak bola (elite) bisa hidup berkecukupan dalam enam bulan sampai setahun sekalipun tak menerima gaji. Hal itu bisa terjadi karena gaji pemain sepak bola (elite) sangat fantastis.
Para pesepak bola elite tentunya adalah mereka yanh bermain di klub atau kompetisi papan atas dengan gaji wah di seluruh dunia. Menurut Tevez, para pesepak bola elite ini jelas tak terimbas secara ekonomi dan tetap bisa di rumah saja. "Mudah saja bagi saya untuk tetap berada di rumah pada masa ini karena saya masih punya uang untuk memenuhi kebutuhan hidup," ujarnya.
Namun, Tevez mencontohkan jika ada umat manusia yang banting tulang keluar rumah mencari nafkah. "Ada yang pergi dari rumah jam 6 pagi dan pulang jam 7 petang untuk memberi (nafkah) keluarga mereka," ujar Tevez.
Maka, menurut Tevez, sudah sepantasnya para pemain sepak bola (elite) bersedia dipotong gajinya di masa seperti ini. Dia pun mengatakan, dukungan pada mereka yang terimbas corona juga bisa dilakukan. Misalnya mendukung melalui video di rumah. Tapi, kata Tevez, akan lebih baik jika dukungan itu nyata dengan keluar rumah dan memberi bantuan.
Bukan hanya pemain, klub pun harus peka. Klub harus mendorong entitas di dalamnya untuk peduli. Bagaimana klub memenuhi kebutuhan orang terbawahnya dengan memberi makan. Klub juga bisa melakukan kegiatan sosial yang berarti pada mereka yang terimbas corona.
Tevez mengatakan, di masa saat ini, semua atribut sosial dan kelas sosial harus dilepaskan. Semuanya harus bahu membahu dan saling membantu karena semua sadar bahwa saat ini adalah masa sulit untuk semuanya. Semuanya pun, kata Tevez, memiliki harapan yang sama agar dunia kembali membaik.
Tevez juga mengatakan bahwa corona memang memberi efek buruk. Namun, di sisi lain virus corona juga memberi pelajaran berharga bahwa perlu kebersamaan dalam hidup di dunia.
Lantangnya Tevez berbicara kepekaan mungkin memang tak lepas dari masa lalu lelaki yang pernah bermain di West Ham United ini. Di situs FIFA, Tevez pernah berujar jika daerah tempat dia tumnuh di Argentina adalah daerah yang akrab dengan narkotika dan pembunuhan.
Bahkan, Tevez pernah bercerita jika dia memiliki  teman karib bernama Dario Coronel. Coronel ini juga suka dengan sepak bola. Namun, jalan hidup kedunya berubah. Tevez terus memupuk impian sebagai pesepak bola dan Coronel malah terjun di dunia hitam.
Kerasnya hidup Tevez juga bisa dilihat dari luka di bagian wajahnya. Goresan itu akibat tersiram air mendidih saat kecil dan Tevez harus dirawat intensif 2 bulan. Ketika sudah sukses, Tevez memilih tak mau menghapus bekas luka itu agar dia selalu ingat bagaimana kerasnya hidup di masa kecil.
Realitas Berbeda
Asosiasi pemain sepak bola profesional Malaysia menolak soal pemotongan gaji. Presiden asosiasi pesepak bola profesional Malaysia Safee Sali seperti diberitakan cnnindonesia 29 Maret 2020, mengungkapkan bahwa klub harus menghormati kontrak dengan pemain. Selain itu, realitas para pemain sepak bola di Malaysia berbeda.
Tak semua dari mereka memiliki gaji yang berlimpah. Bahkan, sebagian dari mereka mengaku membengkak kebutuhannya setelah adanya wabah corona. Bahkan, ada pemain sepak bola Malaysia yang harus menghidupi saudaranya yang tak lagi bekerja karena virus corona.
Diketahui, karena wabah corona kompetisi sepak bola di Malaysia dihentikan. Sepak bola yang menghadirkan banyak massa dinilai bisa menjadi sarana untuk menyebarnya virus corona. Hal itu tentu akan berdampak pada klub dan pemain. Di satu sisi klub sepertinya enggan memgeluarkan dana besar ketika tak ada kompetisi dan di sisi lain pemain tetap butuh makan sekalipun kompetisi tak berjalan.
Pernyataan Tevez adalah realitas yang layak disematkan pada mereka yang kaya raya di dunia sepak bola. Jika sebelumnya mereka bisa mendapatkan uang berlimpah, maka kini saatnya bagi mereka berbagi maksimal. Jangan sampai ketika wabah melanda, para pemain kaya itu malah tak peduli.
Di sisi lain, realitas di Malaysia menggambarkan potret ketika tidak semua pesepak bola kaya raya. Pesepak bola pas pasan ini juga jadi korban corona. Jika di kompetisi berjalan mereka bisa cukup hidup, maka di kompetisi berhenti, asap dapur mereka terancam. Dan, memahami realitas yang berbeda itu penting agar kita tak sok bijak dengan memaksakan ide dari satu sudut pandang saja. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H