Realitas Berbeda
Asosiasi pemain sepak bola profesional Malaysia menolak soal pemotongan gaji. Presiden asosiasi pesepak bola profesional Malaysia Safee Sali seperti diberitakan cnnindonesia 29 Maret 2020, mengungkapkan bahwa klub harus menghormati kontrak dengan pemain. Selain itu, realitas para pemain sepak bola di Malaysia berbeda.
Tak semua dari mereka memiliki gaji yang berlimpah. Bahkan, sebagian dari mereka mengaku membengkak kebutuhannya setelah adanya wabah corona. Bahkan, ada pemain sepak bola Malaysia yang harus menghidupi saudaranya yang tak lagi bekerja karena virus corona.
Diketahui, karena wabah corona kompetisi sepak bola di Malaysia dihentikan. Sepak bola yang menghadirkan banyak massa dinilai bisa menjadi sarana untuk menyebarnya virus corona. Hal itu tentu akan berdampak pada klub dan pemain. Di satu sisi klub sepertinya enggan memgeluarkan dana besar ketika tak ada kompetisi dan di sisi lain pemain tetap butuh makan sekalipun kompetisi tak berjalan.
Pernyataan Tevez adalah realitas yang layak disematkan pada mereka yang kaya raya di dunia sepak bola. Jika sebelumnya mereka bisa mendapatkan uang berlimpah, maka kini saatnya bagi mereka berbagi maksimal. Jangan sampai ketika wabah melanda, para pemain kaya itu malah tak peduli.
Di sisi lain, realitas di Malaysia menggambarkan potret ketika tidak semua pesepak bola kaya raya. Pesepak bola pas pasan ini juga jadi korban corona. Jika di kompetisi berjalan mereka bisa cukup hidup, maka di kompetisi berhenti, asap dapur mereka terancam. Dan, memahami realitas yang berbeda itu penting agar kita tak sok bijak dengan memaksakan ide dari satu sudut pandang saja. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H