Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, agama yang lengkap dan sempurna dalam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan. Salah satu pilar utama dalam pemerintahan adalah legislatif, yaitu badan yang ditugaskan untuk membuat serta mengawasi pelaksanaan undang-undang. Seorang legislatif harus berfungsi sebagai garda terdepan dalam menjaga amanah yang melindungi kepentingan rakyat serta menegakkan keadilan. Namun di tengah kenyataan, seringkali muncul berbagai masalah yang mencoreng wajah legislatif, menjadikan legislatif memiliki citra yang buruk bagi institusi yang seharusnya menjadi simbol kebaikan dan keadilan.
Masalah yang paling mencolok dan sering terjadi dalam tubuh legislatif adalah kasus penyalahgunaan kekuasaan. Dalam berbagai bentuknya, yang telah menjadi hal yang membahayakan tatanan masyarakat dan negara.
Para legislator seringkali dihadapkan pada berbagai tekanan, baik dari partai politik, kelompok tertentu, maupun keinginan pribadi untuk memperkaya diri. Ketika legislator lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya maka dirinya telah menghianati amanah yang diberikan oleh rakyat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
" setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Amanah sebagai wakil rakyat bukanlah sebuah kesempatan untuk memperkaya diri atau memprioritaskan kepentingan pribadi, bukan untuk memperkaya diri dengan kekuasaan yang dimiliki. Namun pada hakikatnya amanah sebagai wakil rakyat dalam Islam sangat mementingkan dan menekankan pentingnya pemimpin yang adil yang mengutamakan kepentingan rakyatnya, karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya.
Sebagai wakil rakyat, anggota legislatif seharusnya bekerja demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Namun tidak jarang kepentingan politik menjadi prioritas yang diutamakan dalam berbagai kepentingan dan kebijakan. Terkhusus dalam perebutan kekuasaan dan kepentingan partai, anggota legislatif seringkali mengabaikan suara dan kebutuhan milik rakyat. Islam mengajarkan bahwa pemimpin harus dapat menjauhi dari sikap yang mementingkan diri sendiri dan lebih mengutamakan kemaslahatan umat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Alquran :
" Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan (amanat) kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil." (QS. An-Nisa : 58).
Ayat ini adalah sebuah peringatan bagi para pemimpin dan wakil rakyat untuk selalu menjunjung tinggi amanah dan keadilan, bukan malah menempatkan kepentingan politik di atas kepentingan rakyat dan menyengsarakan rakyat.
Penyalahgunaan kekuasaan akan menghasilkan ketidakpercayaan masyarakat dan berkurangnya integritas dari sebuah instansi. Integritas dan kejujuran adalah hal yang sangat penting dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dalam posisi sebagai pembuat undang-undang, integritas menjadi kunci utama karena keputusan yang mereka buat akan berdampak pada
kehidupan seluruh masyarakat. Ketika integritas hilang, kebijakan yang dibuat mungkin tidak lagi mengutamakan kepentingan masyarakat, tapi lebih kepada kepentingan kelompok tertentu.
Dalam ajaran Islam, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
" Barang siapa yang menipu kami, maka iya bukan termasuk golongan kami." (HR. Muslim)
Ruang gelap legislatif adalah penyalahgunaan kekuasaan yang sulit untuk ditinggalkan oleh para legislator, maka Islam memberikan solusi yang dapat di aplikasikan kepada seluruh legislator pemangku kebijakan. Berikut beberapa solusinya :
1.Menanamkan nilai moral dan agama : seseorang yang memiliki nilai moral tentunya akan bergerak dengan mementingkan nilai moral dalam setiap kebijakan. Begitu pula dengan nilai agama yang menghantarkan seseorang untuk yakin bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
2.Mendorong transparansi : suatu kebijakan yang transparansi akan dapat terlihat sebab musabab kebijakan itu diambil. Maka transparansi adalah solusi sehingga semua elemen masyarakat dapat tahu tentang suatu kebijakan yang diputuskan.
3.Memilih pemimpin yang berintegritas : Pemilihan wakil rakyat harus didasarkan pada rekam jejak, kejujuran, dan integritas, bukan sekadar popularitas atau kekuatan finansial.
Islam mengajarkan kepemimpinan dan amanah sebagai tanggung jawab yang sangat besar. Maka bagi anggota legislatif yang memiliki peran krusial dalam menegakkan keadilan, menjaga kesejahteraan rakyat dan melindungi kepentingan umat. Ruang gelap legislatif yang muncul akibat penyalahgunaan kekuasaan dan merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan nilai-nilai islam.
Harapannya, anggota legislatif yang memahami tuntunan agama dan menjalankan nya secara benar. Maka akan menghilangkan ruang gelap legislatif dan menjadikan sebuah cahaya untuk menegakkan keadilan dan memperjuangkan kepentingan rakyat dan kemaslahatan umat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H