Aturan penyeragaman pakaian sekolah ternyata juga mengandung cita-cita kesetaraan sosial. Artinya, tata aturan ini mencoba untuk mengaburkan batas-batas perbedaan kelas dan latar belakang sosial para peserta didik; melambangkan bahwa semua peserta didik mempunyai posisi yang setara di sekolah, entah itu anak pejabat tinggi negara ataupun anak petani miskin pedesaan, semuanya mempunyai hak yang sama di sekolah. Bayangkan apabila para peserta didik dibebaskan untuk berpakaian ke sekolah, akan nampak jelas sekali perbedaan sosial diantara peserta didik yang pada akhirnya bermuara pada kecemburuan sosial.
Namun demikian, idealisme ini tidak semudah yang dibayangkan. Bahwa ternyata, di dalam upaya penyeragaman tersebut selalu ada upaya untuk "tampil beda". Misalnya, mungkin dalam hal pakaian seragam yang digunakan semua peserta didik memakai pakaian yang sama, tetapi mereka menunjukkan status sosial melalui sepatu yang mereka gunakan dan atribut lain yang bisa menunjukkan status sosial mereka.
Menjadi Siswa yang Taat
Pengaturan penggunaan pakaian seragam yang dimaksud di atas berupaya untuk membentuk karakter kepribadian peserta didik yang taat. Idealisme ini, terkadang membawa pada perbedaan antara peserta didik yang taat dan tidak taat, yang biasanya dengan mudah diidentifikasi melalui bagaimana cara mereka berpakaian. Misalnya, peserta didik yang saban harinya berpakaian seragam dengan baju yang dikeluarkan dan atribut tidak lengkap, dipandang sebagai peserta didik yang tidak taat, begitu sebaliknya. Hal ini bahkan terkadang dijadikan alat pengkategorian sosial di lingkungan sekolah untuk melihat mana peserta didik yang baik dan mana peserta didik yang nakal.
Refleksi
Dengan melihat bagaimana tata cara berpakaian diatur di sekolah, kita bisa melihat bahwa pengaturan pakaian seragam sekolah ternyata merupakan upaya negara untuk membentuk peserta didik di sekolah untuk menjadi warga negara yang mempunyai kepribadian tertentu, seperti misalnya berjiwa nasionalisme, menjunjung kesetaraan sosial, dan menjadi warga negara yang taat. Namun, kita juga melihat bahwa dibalik pengaturan tersebut, para peserta didik selalu punya cara untuk mensiasati tata aturan berpakaian di sekolah, bahkan terkadang dijadikan sarana menunjukkan jati diri, baik dengan cara melanggar aturan berseragam, atau membuat orang lain terkesan dengan ketaatan berpakaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H