Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Kampung, Satu Panggung: Mata Pencaharian Berjoget di TikTok, Fenomena dan Kontroversinya

16 Oktober 2024   14:46 Diperbarui: 16 Oktober 2024   15:28 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital, TikTok telah menjadi platform yang merubah dinamika sosial dan ekonomi di seluruh dunia. Tidak hanya digunakan sebagai media hiburan, TikTok juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat yang sebelumnya tidak terjamah oleh teknologi digital. Salah satu contoh menarik adalah sebuah kampung di Sukabumi, di mana berjoget di TikTok menjadi mata pencaharian utama sebagian besar warganya. Fenomena ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama terkait dampaknya terhadap ekonomi, budaya, dan pendidikan lokal.

Latar Belakang Fenomena

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Kampung di Sukabumi ini bukanlah satu-satunya yang merasakan dampak langsung dari perkembangan teknologi digital. Studi oleh Ahmad et al. (2021) menyebutkan bahwa platform digital, termasuk TikTok, telah menciptakan peluang ekonomi baru, terutama di daerah-daerah dengan keterbatasan lapangan kerja formal. Di kampung tersebut, minimnya akses ke pekerjaan tradisional membuat banyak warga beralih ke media sosial untuk mendapatkan penghasilan. "Fenomena seperti ini terjadi di banyak daerah pedesaan di Indonesia, di mana TikTok menjadi sarana cepat bagi masyarakat untuk meraih popularitas dan pendapatan," jelas pakar ekonomi digital, Dr. Fitri Rachman, dalam salah satu wawancara di media daring.

Kontroversi di Balik Fenomena

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Fenomena berjoget di TikTok sebagai mata pencaharian menimbulkan perdebatan di masyarakat. Di satu sisi, banyak yang melihatnya sebagai inovasi yang kreatif, sementara di sisi lain ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap budaya dan pendidikan. "Aktivitas seperti ini memang membantu perekonomian lokal, namun jika tidak diimbangi dengan pendidikan dan pengembangan keterampilan lain, akan ada ketergantungan yang berisiko," ujar Dr. Linda Santoso, pakar pendidikan sosial (2020).

Kritik muncul dari kalangan akademisi yang melihat bahwa terlalu fokus pada TikTok bisa membuat generasi muda di kampung tersebut kurang tertarik pada pendidikan formal. Menurut penelitian oleh Hidayat (2020), aktivitas di platform digital seperti TikTok sering kali mengalihkan perhatian siswa dari belajar, terutama jika kontennya lebih menekankan pada hiburan instan tanpa nilai edukatif.

Mengapa Fenomena Ini Bisa Terjadi

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun