Dalam era digital, TikTok telah menjadi platform yang merubah dinamika sosial dan ekonomi di seluruh dunia. Tidak hanya digunakan sebagai media hiburan, TikTok juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat yang sebelumnya tidak terjamah oleh teknologi digital. Salah satu contoh menarik adalah sebuah kampung di Sukabumi, di mana berjoget di TikTok menjadi mata pencaharian utama sebagian besar warganya. Fenomena ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama terkait dampaknya terhadap ekonomi, budaya, dan pendidikan lokal.
Latar Belakang Fenomena
Kampung di Sukabumi ini bukanlah satu-satunya yang merasakan dampak langsung dari perkembangan teknologi digital. Studi oleh Ahmad et al. (2021) menyebutkan bahwa platform digital, termasuk TikTok, telah menciptakan peluang ekonomi baru, terutama di daerah-daerah dengan keterbatasan lapangan kerja formal. Di kampung tersebut, minimnya akses ke pekerjaan tradisional membuat banyak warga beralih ke media sosial untuk mendapatkan penghasilan. "Fenomena seperti ini terjadi di banyak daerah pedesaan di Indonesia, di mana TikTok menjadi sarana cepat bagi masyarakat untuk meraih popularitas dan pendapatan," jelas pakar ekonomi digital, Dr. Fitri Rachman, dalam salah satu wawancara di media daring.
Kontroversi di Balik Fenomena
Fenomena berjoget di TikTok sebagai mata pencaharian menimbulkan perdebatan di masyarakat. Di satu sisi, banyak yang melihatnya sebagai inovasi yang kreatif, sementara di sisi lain ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap budaya dan pendidikan. "Aktivitas seperti ini memang membantu perekonomian lokal, namun jika tidak diimbangi dengan pendidikan dan pengembangan keterampilan lain, akan ada ketergantungan yang berisiko," ujar Dr. Linda Santoso, pakar pendidikan sosial (2020).
Kritik muncul dari kalangan akademisi yang melihat bahwa terlalu fokus pada TikTok bisa membuat generasi muda di kampung tersebut kurang tertarik pada pendidikan formal. Menurut penelitian oleh Hidayat (2020), aktivitas di platform digital seperti TikTok sering kali mengalihkan perhatian siswa dari belajar, terutama jika kontennya lebih menekankan pada hiburan instan tanpa nilai edukatif.
Mengapa Fenomena Ini Bisa Terjadi