Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Punk, dari Perlawanan ke Gaya Hidup; Apa yang Tersisa dari Semangat Antikemapanan?

14 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 14 Oktober 2024   07:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Punk: Antara Kebebasan atau Sekadar Tren? -- Telaah dari Supernova Akar

 

Dewi Lestari dalam novelnya, Supernova: Akar, menggambarkan komunitas punk sebagai sebuah gerakan anti-kemapanan. Gerakan ini merefleksikan perlawanan terhadap tatanan sosial yang dianggap stagnan, membelenggu kebebasan, dan mendewakan materi. Namun, setelah lebih dari empat dekade eksistensinya, apakah punk masih mempertahankan semangat radikalnya, atau hanya menjadi sekadar tren gaya hidup tanpa esensi? Mari kita telaah lebih lanjut.

Dulu Bukan Sekadar Nyanyian: Asal Usul Punk Sebagai Gerakan Perlawanan

Gerakan punk lahir di Inggris dan Amerika Serikat pada pertengahan 1970-an, di tengah-tengah ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi politik dan ekonomi. The Sex Pistols dan The Clash menjadi ikon revolusi ini, memadukan musik keras dengan lirik yang kritis terhadap pemerintahan, kapitalisme, dan kehidupan kelas pekerja yang termarjinalkan.

Penelitian dari Muggleton dan Weinzierl (2003) mencatat bahwa subkultur punk tumbuh dari kemarahan terhadap ketidakadilan ekonomi dan politik, memberikan platform bagi kaum muda untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka melalui musik, fashion, dan gaya hidup yang menantang norma-norma sosial. Hal ini mengukuhkan punk sebagai gerakan kontra-budaya yang menolak segala bentuk kemapanan .

Bukan Sekadar Mohawk dan Jaket Kulit: Punk Sebagai Simbol Perlawanan

Dalam konteks budaya, punk menjadi lebih dari sekadar musik atau fashion. Ia adalah simbol perlawanan yang mewakili kebebasan individu dan penolakan terhadap konsumerisme. Fashion punk seperti rambut mohawk, jaket kulit, dan tato dianggap sebagai bentuk pemberontakan terhadap nilai-nilai tradisional masyarakat.

Namun, meski di permukaan terlihat radikal, studi dari Worley (2017) menunjukkan bahwa semangat perlawanan punk sering kali menghadapi dilema ketika berhadapan dengan realitas sosial dan ekonomi yang lebih besar. Banyak pengikutnya merasa frustasi karena ideologi mereka tidak mampu mengubah sistem yang mereka tolak .

Menjadi Sekadar Gaya Hidup? Pergeseran Nilai dan Komersialisasi Punk

Apa yang dulu merupakan ekspresi kebebasan kini banyak diadopsi menjadi tren komersial. Seiring berjalannya waktu, gerakan punk mengalami pergeseran dari perlawanan ideologis menjadi tren budaya populer. Band-band punk yang dahulu menolak kapitalisme kini menjual album melalui label besar, sementara fashion punk menjadi barang dagangan di pusat perbelanjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun