Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja: Ketika Work-Life Balance Dijadikan Alasan

12 Oktober 2024   08:32 Diperbarui: 12 Oktober 2024   08:36 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Pelatihan Manajemen Waktu dan Pengelolaan Stres
Banyak karyawan yang menggunakan alasan work-life balance sebenarnya mengalami masalah dalam manajemen waktu. Pelatihan yang memberikan keterampilan untuk mengelola waktu lebih baik dapat membantu karyawan menjadi lebih produktif tanpa mengorbankan keseimbangan kehidupan mereka.

  • Pengawasan Kinerja yang Lebih Terarah
    Feedback yang teratur dan transparan sangat penting untuk mengidentifikasi jika ada penurunan kinerja yang diakibatkan oleh disengagement atau perilaku quiet quitting. Karyawan yang merasa diabaikan dalam feedback sering kali mengalami penurunan motivasi.

  • Fleksibilitas yang Disertai Akuntabilitas
    Perusahaan harus menerapkan fleksibilitas kerja yang disertai dengan akuntabilitas yang jelas. Karyawan dapat diberikan kebebasan untuk mengatur waktu kerja mereka, tetapi tetap harus memenuhi target dan tanggung jawab yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong keseimbangan yang sehat tanpa mengurangi produktivitas.

  • Kompensasi yang Adil untuk Tanggung Jawab Tambahan
    Perusahaan juga harus memberikan kompensasi yang adil bagi karyawan yang mengambil tanggung jawab tambahan. Menurut penelitian, salah satu penyebab quiet quitting adalah perasaan bahwa kerja ekstra tidak dihargai dengan kompensasi yang memadai.

  • Keseimbangan yang Seimbang

    Kebijakan work-life balance memang diperlukan untuk mendukung kesejahteraan karyawan, tetapi perusahaan perlu mewaspadai potensi penyalahgunaannya. Ketika keseimbangan ini menjadi alasan untuk menghindari tanggung jawab, perusahaan harus lebih proaktif dalam mengelola karyawan. Pelatihan, feedback yang tepat, dan kompensasi yang layak bisa menjadi solusi untuk menciptakan keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan.

    Ayo Berdiskusi!Bagaimana menurut Anda? Apakah work-life balance sering disalahgunakan di tempat kerja? Apakah perusahaan Anda memiliki strategi yang tepat untuk menjaga produktivitas tanpa mengorbankan kesejahteraan karyawan? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar dan mari berdiskusi!

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun