Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bekerja dari Rumah Tak Seindah Bayangan? Ini Solusi untuk Atasi Burnout!

7 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Bekerja dari Rumah Bikin Stres? Ini 5 Cara Mengatasi Burnout di Era Hybrid Working!

Ketika konsep bekerja dari rumah (WFH) mulai populer, banyak yang membayangkan suasana kerja yang lebih santai, waktu fleksibel, dan kesempatan lebih banyak bersama keluarga. Namun, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Data dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa lebih dari 69% karyawan yang bekerja dari rumah mengalami burnout akibat beban kerja yang meningkat dan batasan antara kehidupan pribadi dan profesional yang kabur.

Perasaan lelah, cemas, bahkan apatis terhadap pekerjaan adalah gejala umum yang dialami banyak pekerja di era hybrid ini. Ironisnya, bekerja dari rumah yang seharusnya membawa fleksibilitas justru memicu stres kronis. Lantas, apa yang menyebabkan burnout ini terjadi? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa mengatasi fenomena ini?

Memahami Burnout di Era Hybrid Working

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Menurut definisi dari World Health Organization (WHO), burnout adalah kondisi stres kronis yang tidak dikelola dengan baik, ditandai oleh kelelahan fisik dan mental, sikap negatif terhadap pekerjaan, serta penurunan performa kerja. Penyebabnya bisa beragam, tetapi dalam konteks hybrid working, ada beberapa faktor yang kerap menjadi pemicunya:

  1. Kurangnya Batasan Antara Kerja dan Kehidupan PribadiBekerja dari ruang tamu atau kamar tidur yang sama di mana kita beristirahat membuat batasan antara waktu kerja dan pribadi menjadi kabur. Ini memicu kelelahan mental karena otak kita kesulitan memisahkan kapan harus "berhenti bekerja" dan kapan bisa beristirahat sepenuhnya.

  2. Beban Kerja yang Tak TerkendaliBanyak perusahaan yang tanpa disadari meningkatkan ekspektasi produktivitas karena asumsi bahwa karyawan memiliki waktu lebih banyak di rumah. Fenomena ini sering disebut sebagai "productivity paranoia" --- atasan merasa bahwa karyawan yang bekerja dari rumah tidak benar-benar bekerja kecuali mereka "terlihat" aktif secara virtual.

  3. Kurangnya Interaksi SosialZoom meeting yang sering terjadi tidak sepenuhnya menggantikan interaksi tatap muka. Studi dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa kurangnya hubungan sosial dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan mental dan memicu rasa kesepian.

  4. Teknologi yang MenggangguIronisnya, teknologi yang awalnya diciptakan untuk memudahkan pekerjaan justru menjadi salah satu pemicu burnout. Sebuah istilah baru yang disebut "Zoom Fatigue" mengacu pada kelelahan berlebihan akibat terlalu sering melakukan meeting virtual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun