Mohon tunggu...
Ilham Marasabessy
Ilham Marasabessy Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen/Peneliti

Belajar dari fenomena alam, membawa kita lebih dewasa memahami pencipta dan ciptaannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kawal Sains Modern Dengan Filsafat Ilmu

9 Oktober 2024   21:56 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:17 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kadang kita butuh pembatas untuk mengamati alam semesta (Sumber foto; Koleksi pribadi, 2023)

Memasuki masa peradaban bapak manusia, Nabi Adam telah mendesain kehidupan manusia awal dengan seimbang pada periode waktu yang lama, kemudian beregenerasi menjadi peradaban baru secara periodik dari masa ke masa dan meninggalkan legacy yang pada dasarnya adalah untuk menjaga keberlanjutan alam dan manusia. Artinya jika ada perilaku manusia yang merusak dan melakukan kemungkaran terhadap tatanan kehidupan alami, bisa jadi dia memiliki sifat dan perilaku yang sama dengan bangsa Jin.

Hakikat kehidupan di dunia idealnya berjalan harmonis antara, pencipta, alam semesta dan manusia, ketiga dimensi ini merupakan konektivitas lahiriah (sunatullah) manusia sejak awal ditunjuk menjadi khalifah (wakil/pemimpin) di muka bumi kemudian diperbolehkan untuk perkembang dan membuat peradaban sendiri. Dalam hubungan integrasi alam dan manusia terdapat resonansi yang harmonis dilahirkan dari dasar pengetahuan yang paling dalam, berhubungan erat dengan filsafat ilmu melalui keyakinan, kepercayaan, kepatuhan, berkembang menjadi mitos leluhur, tradisi budaya, yang dalam kajian filsafat memiliki ikatan kuat secara spiritual layaknya prinsip awal penciptaan manusia. Pengetahuan ini kemudian ada yang berkembang dan diterjemahkan dalam pandangan-pandangan kearifan lokal (local wisdom), pengetahuan tradisional (tradisional knowledge), pengetahuan ekologi (ecological knowledge) yang pada dasarnya adalah konektivitas harmonis antara pencipta, alam semesta dan manusia.

Untuk itu sangat naif jika ada anggapan bahwa manusia dan alam merupakan sistem yang terpisah, mengacu pada sains modern dengan kaca mata kuda tanpa memahami dimensi keyakinan religious dan sistem sosial yang syarat makna kearifan hidup. Paradigma ini sering kali menjadi life style atau setidaknya membentuk mindset bagi sebagian komunitas liberal dan hedon. Berbeda dengan masyarakat asli/lokal/adat yang umumnya menempatkan sumberdaya sebagai kerabat yang harus dijaga dan dilestarikan.

Walaupun tantangan besarnya bahwa kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan persaingan semakin tinggi untuk mendapatkan sumberdaya alam. Tetapi setidaknya mereka telah memilih untuk meletakan keyakinan bahwa alam dan manusia merupakan satu kesatuan terikat (imfb).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun