Makanan merupakan unsur utama dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak bisa lepas dari manusia. Oleh karena itu, pengamanan dari makanan dan minuman tersebut harus lebih ditingkatkan dan diperketat. Supaya, mendukung peningkatan dan pematangan upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara berhasil dan berdaya guna sehingga terbentuk kesehatan masyarakat yang terjamin. Segala upaya untuk melindungi kesehatan masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan membahayakan masyarakat, memenuhi kebutuhan dasar untuk membuat masyarakat hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial antar masyarakat serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan dan makanan serta minuman tersebut.
Dalam membeli makanan ataupun minuman tentu tidak akan lepas dari yang namanya wadah atau tempatnya. Wadah untuk makanan sekali pakai yang biasa dipakai oleh para pedagang di Indonesia, umumnya terbuat dari berbagai bahan, antara lain seperti daun, kertas, plastik dan styrofoam. Dimasa sekarang ini, penggunaan atau pemanfaatan wadah sekali pakai dalam pengemasan makanan secara cepat lebih banyak menggunakan kemasan yang berjenis bahan styrofoam dan plastik hal itu disebabkan karena sifat ketahanannya terhadap makanan basah dan mudah dibawa kemana mana serta nilai kepraktisannya. Kemasan jenis styrofoam yang sering digunakan sebenarnya bernama asli polystyrene foam atau busa polistiren yang merupakan salah satu pilihan wadah yang sering digunakan untuk membungkus dan meletakkan makanan yang praktis dan mudah karena bisa dibawa kemana-mana contoh penggunaan Styrofoam seperti makanan delivery (makanan antar), jajanan, atau take out food (makanan yang dibawa kerumah) pada rumah makan.
Pada zaman sekarang ini, semua orang cenderung menginginkan semua hal yang serba praktis atau instan dan mudah untuk didapatkan dan digunakan contohnya seperti penggunaan wadah Styrofoam yang dijadikan sebagai wadah makanan sekali pakai sehingga dapat langsung dibuang. Saat ini, wadah jenis Styrofoam banyak sekali digunakan oleh para pedagang sebagai wadah makanan hal utamanya adalah dikarenakan kepraktisan pemakaian yang bisa langsung dibuang. Akan tetapi, kendati demikian dibalik kepraktisannya dalam Styrofoam terkandung zat karsinogenik atau zat beracun yang jika digunakan secara  berlebihan. Oleh karena itu, diperlukan alternative atau cara pengganti (dalam hal ini bahan pengganti) seperti dengan memakai bahan yang juga sama-sama plastik tetapi lebih ramah lingkungan yaitu plastik dengan label polietilen, yang merupakan bahan-bahan plastik yang memiliki label 3R (Recycle (daur ulang), Reuse (penggunaan kembali) and Reduce (mengurangi)).
Bahan Styrofoam merupakan jenis material yang dibuat dari bahan polytrene, bentuk dari kemasan ini umumnya berwarna putih dan kaku yang biasanya sering digunakan sebagai wadah atau tempat pembungkus, meletakkan dan menyimpan makanan serta minuman. Selain mengancam terhadap kesehatan, penggunaan bahan jenis styrofoam sebagai kemasan makanan juga merupakan contoh dari perilaku manusia yang dapat menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan oleh limbah yang berlebih. Dimasa sekarang ini, penggunaan dan pemanfaatan styrofoam sebagai wadah tempat makanan meningkat secara signifikan atau cepat dan biasanya banyak digunakan oleh para pedagang sehingga tidak jarang menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan. Penggunaan bahan berjenis styrofoam dapat menimbulkan masalah pada kesehatan karena jenis bahan Styrofoam ini dapat memberikan senyawa karsinogenik yang dapat merangsang terhadap pertumbuhan dan pengaktifan sel kanker dalam tubuh.
Wadah styrofoam tersususn dari berbagai jenis material polimer yang berasal dari bahan kimia aditif atau berbahaya. Zat-zat aditif dari wadah ini dapat bermigrasi atau berpindah ke makanan yang dikemas dengannya, zat ini sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat karsinogenik (zat yang dapat menyebabkan kanker dan mengganggu proses-proses biologis). Styrofoam atau busa plastik lazim secara umum biasanya dipakai untuk melindungi bahan-bahan yang mudah pecah atau disebut juga fragile (rentan atau rapuh). Namun, pada saat ini penggunaan styrofoam menjadi salah satu pilihan bahan pengemas makanan dan minuman yang dianggap paling praktis dan mudah untuk digunakan.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak asing lagi dengan tempat makanan yang terbuat dari bahan Styrofoam. Tidak hanya untuk tempat pelindung alat elektronik saja, tapi Styrofoam sekarang banyak digunakan sebagai wadah berbagai macam makanan. Contohnya seblak, ayam geprek, nasi goreng, bahkan restoran yang menyajikan makanan siap sajipun sekarang banyak yang menggunakan Styrofoam. Bahan ini banyak digunakan karena harganya yang murah dan praktis sehingga mudah dibawa kemana-mana. Sejujurnya, orang sudah banyak yang mengetahui tentang bahaya dari pengunaan Styrofoam terhadap kesehatan dan juga lingkungan. Akan tetapi pada kenyataannya, masyarakat sepertinya sudah ketagihan dan cenderung seperti tidak ada pilihan bahan lain yang memiliki harga murah dan mudah ditemukan.
Dilihat dari segi kesehatan, ternyata styrofoam kerap menjadi penyebab penyakit untuk manusia. Jenis bahan dari styrofoam ini berbahaya karena didalamnya terkandung butiran-butiran styrene, yang merupakan hasil proses dengan menggunakan benzana (zat yang mudah terbakar). Padahal sebenarnya benzana termasuk zat yang dapat menimbulkan banyak sekali penyakit pada tubuh manusia. Contohnya, benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, dapat mengganggu sistem syaraf manusia sehingga dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan, mempercepat detak jantung, sulit untuk tidur, membuat badan menjadi gemetaran, dan membuat manusia menjadi mudah gelisah.
Kenyataannya, risiko gangguan kesehatan yang dibawa dari bahan plastik atau styrofoam sangat berdampak banyak bagi kesehatan anak-anak, karena organ tubuh pada anak-anak masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak tersebut, meskipun pada kenyataannya akibat yang ditimbulkan tidak langsung tampak. Terlebih lagi, sistem kekebalan tubuh anak-anak juga masih belum sempurna dan bisa menyebabkan kanker. Oleh karena itu, maka sebaiknya anak-anak dihindarkan dari makanan yang menggunakan bahan jenis Styrofoam atau bahan lainnya yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terhadap tubuh anak tersebut.
Didalam stirena yang menjadi bahan dasar dan pembangun pembuat styrofoam terdapat sebuah zat yang dinamakan zat plasticizer. Zat plasticizer merupakan bahan yang tidak dapat menguap yang biasanya ditambah ke dalam pembuatan plastik sehingga akan berpengaruh terhadap sifat plastik tersebut yang terbentuk karena zat tersebut akan mengurangi sifat dari jenis ikatan yang sangat kuat yang merupakan pengikat dari atom-atom yang membentuk stirena tersebut dan menurunkan ikatan-ikatan yang sangat kuat sehingga membuat sifat plastic menjadi lentur. Tidak bisa dipungkiri bahwa Plasticizer ternyata mempunyai titik didih yang tinggi dan jika diketahui bahwa penambahan zat plasticizer sebenarnya diperlukan untuk mengatasi sifat rapuh plastik yang disebabkan oleh kekuatan ikatan yang ekstensif atau kuat dan luas.
Dalam setiap penggunanaan suatu barang pasti ada kelebihan dan kekuranannya, sama halnya dengan Styrofoam. Kelebihan styrofoam yang pertama adalah karena termasuk wadah yang bisa dikatakan praktis. Karena, orang-orang tidak perlu membawa wadah yang sudah kosong bekas makan atau minuman, dengan wadah styrofoam kita dapat langsung membuang wadahnya tanpa dibawa kembali. Disamping karena kepraktisannya, ternyata wadah jenis Styrofoam juga dapat menahan panas makanan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan wadah jenis lainnya. Tetapi kekurangan dari wadah ini adalah karena wadah jenis Styrofoam ini ternyata juga bersifat karsinogenik atau beracun yang jika digunakan secara berlebihan. Contohnya, ketika digunakan pada makanan yang berkuah atau air minum yang memiliki suhu yang didih tinggi atau panas, dan juga jika jenis bahan ini dijadikan wadah makanan dalam waktu yang panjang wadah Styrofoam ini makin berbahaya karena suhu yang tinggi akan menyebabkan migrasi zat dari Styrofoam semakin cepat.
Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa zat-zat yang ada dalam wadah jenis Styrofoam ini sangat berbahaya jika digunakan secara berlebihan dan jika masuk ke dalam makanan dapat menjadi racun dan bisa menimbulkan gangguan yang terjadi pada sistem endokrin (jaringan kelenjar yang menghasilkan hormone yang merupakan sinyak kimia yang kemudian dikeluarkan melalui aliran darah) dan juga dapat menganggu sistem reproduksi. Sehingga, peggunaan bahan jenis Styrofoam jika digunakan secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama akan berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Jika bahan ini digunakan secara langsung sebagai wadah makanan maka itulah yang akan lebih cepat memindahkan zat-zat berbahaya dalam Styrofoam tersebuh kedalam makanan dan minuman.
Oleh sebab itu, karenanya penggunaan bahan jenis Styrofoam sebagai wadah makanan secara berlebihan dapat menyebabkan makanan menjadi beracun karena perpindahan zat yang terkandung didalam bahan Styrofoam kedalam makanan. Hal ini dapat terjadi jika semakin tinggi suhu panas makanan atau minuman yang disimpan dalam wadah Styrofoam dan dari tingkat lamanya waktu menyimpan makanan dan minuman tersebut menyebabkan semakin cepatnya zat-zat beracun pada Styrofoam berpindah ke makanan. Dengan demikian itu, seharusnya pemakaian bahan jenis Styrofoam sebagai wadah makanan atau minuman dibatasi karena sifat bahayanya terhadap kesehatan yang dapat menyebabkan kanker dan juga pencemaran lingkungan. Salah satu contoh dari zat plastizer adalah butil hidroksi toluena yang memberi sifat kepada plastik. Butil hidroksi toluena merupakan zat yang hanya bisa larut di dalam lemak dan turunan dari fenol atau asam karbolat.
REFERENSI
Al Mukminah, I. (2019). Bahaya Wadah Styrofoam dan Alternatif Penggantinya. Majalah  Farmasetika, 4(2), 32-34.
Kurniasari, T., Sudartik, S., & Subhan, W. (2021). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sman Balung Terhadap Bahaya Styrofoam Sebagai Wadah Makanan. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN HIDUP, 6(1), 23-27.
Maharani, R. (2021). Perilaku Mahasiswa Terhadap Bahaya Penggunaan Styrofoam Pada Kemasan Makanan Di Stikes Hang Tuah Kota Pekanbaru Tahun 2020. JHMHS: Journal of Hospital Management and Health Science, 2(1), 52-63.
Ela, E., Rochmawati, R., & Selviana, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Wadah Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Pada Penjual Makanan Jajanan Di Kota Pontianak Tahun 2016. JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan, 3(1).
Ardianti, D., Affandi, N. R. D., & Fitrananda, C. A. (2018, December). Kampanye Sosial "Selamat Tinggal Styrofoam" Di Kelurahan Cijagra Kecamatan Lengkong Kota Bandung. In Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) (Vol. 1, No. 1, pp. 225-237).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H