Mohon tunggu...
Ilham Mardiantoro
Ilham Mardiantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - IG : ilham_mardiantoro

Mahasiswa Administrasi Publik, Fisip, Universitas Sriwijaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sumatera Selatan Krisis Pemimpin?

22 September 2021   22:26 Diperbarui: 22 September 2021   22:28 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Ampera. Sumber : Detik.com

Oleh : Ilham Mardiantoro

Sekretaris Umum GMRP

Pengertian pemimpin menurut ahli William G.Scott adalah proses mempengaruhi kegiatan yang diselenggarakan dalam kelompok sebagai upaya mereka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 

Namun bergesernya masa, pengertian pemimpin pada masa post modern telah bergeser terhadap pengertian-pengertian pemimpin dari era sebelumnya. Seperti yang dikatakan ahli di era post modern yaitu Lantu, pemimpin menurutnya adalah pelayan. Pengertian yang cukup menarik karena yang terjadi di era sebelumnya pemimpin dilayani bukan melayani.

Berbicara masalah nilai kepemimpinan, terdapat sifat yang harus dikuasai oleh pemimpin. Teori kesifatan pemimpin menurut ahli George R.Terry adalah kekuatan badaniyah dan rohaniyah, Stabilitas emosi, Pengetahuan tentang relasi insani, Kejujuran, Obyektif, Dorongan Pribadi, Keterampilan berkomunikasi, Kemampuan mengajar, Keterampilan sosial, Kecakapan teknis dan kecakapan manajerial.

10 sifat kepemimpinan yang disebutkan oleh George R.Terry merupakan bagian dari sebuah kerentanan yang terjadi pada pemimpin yaitu bagaimana cara pemimpin dapat memiliki seluruh sifat tersebut. 

10 sifat yang disebutkan oleh George R,Terry merupakan proses memimpin yang ideal dalam mencapai tujuan yang telah ditetapakan. Dalam arti bahwa etika dalam memimpin merupakan kontributor yang cukup berperan bagi pemimpin dan tidak dapat dipisahkan serta ditinggalkan begitu saja.

Maka, patut diperhatikan juga mengenai krisis dan tidaknya pemimpin sumatera selatan pada konteks sifat kepemimpinannya. Karena, Sifat kemimpinan sangat berkontribusi dan menentukan atas tercapai dan tidaknya tujuan yang telah ditentukan.

Sebelumnya bukan maksud untuk mensimplifikasi sebuah tujuan. Tujuan seorang pemimpin pastinya semuanya sama pada konteks ingin mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat yang ia pimpin. 

Bila kesejahteraan itu tercapai maka pastinya tidak ada kesenjangan di ruang masyarakat dan akan menjadikan hidup makmur, aman, sentosa. Yang artinya sebuah kesejahteraan ini 1 kata sederhana namun dibalik kata itu terdapat berjuta makna dampak positif yang dialami oleh rakyat.

Namun, kembali lagi bahwa untuk mewujudkan tujuan  tersebut perlu sifat kepemimpinan sebagai kontribusi dalam proses mencapai tujuan. Sifat kepemimpinan yang rentan terjadi tidak dimiliki oleh pemimpin di sumatera selatan dan menghantui rakyat provinsi sumatera selatan yaitu sifat Kejujuran. Sama seperti yang dikatakan oleh George R.Terry bahwa kejujuran merupakan salah satu dari 10 sifat penting yag harus dimiliki oleh pemimpin.

Sifat kejujuran yang tidak dimiliki oleh sebagian pemimpin sumatera selatan dan menghantui rakyat provinsi sumatera selatan terbukti dalam kronologis masa terdapat pemimpin provinsi sumatera selatan yaitu Gubernur di tangkap akibat korupsi. Sebuah tindakan yang menghilangkan sifat kepemimpinan yaitu kejujuran dalam mengemban amanah sebagai gubernur.

Bukti kronologis masa tersebut yaitu terjadinya kasus korupsi suap alih fungsi hutan lindung Pantai Air Telang menjadi pelabuhan tanjung api-api yang dilakukan oleh Gubernur Sumsel ke-13 periode 2003-2008 berinisial SO. 

Tidak berhenti pada gubernur ke-13 itu saja, baru-baru ini gubernur ke-15 periode 2008-2013 dan 2013-2018 berinisial AN dijadikan tersangka pada 2 kasus sekaligus dalam seminggu oleh Kejati Sumsel. Yang pertama atas dugaan korupsi pembelian gas bumi oleh BUMD (PDPDE) Pemprov Sumsel periode 2010-2019. yang kedua atas dugaan korupsi pembuatan masjid sriwijaya, palembang.

Dua mantan pemimpin provinsi sumatera selatan dengan periode yang berurutan tersandung sebuah kasus korupsi yang dilakukan ketika menjabat dahulu. Sungguh merupakan peristiwa yang menghantui rakyat sumsel, peristiwa ini akan semakin membuat rakyat skeptis terhadap pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.

Mungkin diatas sudah cukup menjawab atas kondisi krisis pemimpin di provinsi sumatera selatan. Pastinya harapan besar ketidakjujuran ini tidak terulang kembali di tanah sriwijaya sumatera selatan. 

Saat ini perbaikan atas krisis pemimpin yang terjadi di sumatera selatan harus diutamakan, merupakan tugas besar bagi kita semua rakyat terutama bagi para pemuda sebagai estafet kepemimpinan bangsa. 

Pembentukan etika dan moral yang baik untuk menghasilkan sifat kepemimpinan yang baik perlu dilatih dari pendidikan dasar, lingkungan, keluarga, dan upgrade nilai kerohanian. 

Pada akhirnya kita harus bekerjasama baik itu orang tua, guru dan semuanya untuk membentuk sifat pemuda yang berintegritas sehingga menghasilkan pemimpin yang jujur dan amanah. Bila kejujuran itu tertanam kuat pada pemimpin maka akan berdampak terhadap terwujudnya Kesejahteraan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun