Oleh : Ilham Mardiantoro
Sekretaris Umum GMRP
Literasi merupakan sebuah kegiatan mengupgrade wawasan dan skill dengan cara membaca, menulis yang sangat berkontribusi dan berpengaruh terhadap kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). yang artinya literasi merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik kehidupan masa kini dan kehidupan masa depan nantinya.
Menurut Elizabeth Sulzby "1986", Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi "membaca, berbicara, menyimak dan menulis" dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
Tidak cukup membaca dan menulis, hasil dari membaca juga berdampak pada wawasan si pembaca. Sehingga, orang yang suka membaca jauh dari istilah Kudet (Kurang Update).Â
Literasi juga bisa dijadikan sebagai indikator penting untuk meningkatkan prestasi generasi muda dalam mencapai kesuksesan.
Terlebih saat ini kita sedang dalam pusaran era Globalisasi, dimana persaingan telah bebas menembus dimensi negara, sehingga kita dituntut bagaimana caranya agar bisa bersaing dengan negara-negara yang telah dahulu maju.Â
Seperti saat ini indonesia sedag menghadapi MEA (Mayarakat Ekonomi Asean) sehingga masyarakat Indonesia harus bisa bersaing dari negara lain di asean.Â
Jadi, merupakan hal yang pantas bila literasi dijadikan sebuah budaya generasi muda sebagai upaya untuk menyiapkan SDM unggul untuk indonesia kedepan.
Lantas bagaimana tingkat Literasi di daerah Musi Rawas Utara? (atau yang sering disebut Muratara). Sedikit berkontemplasi, bahwa muratara merupakan kabupaten terbilang baru.Â
Karena kabupaten ini terbentuk pada tahun 2013, sesuai dengan tanggal peresmian dasar hukum yaitu tanggal 10 Juli 2013, Undang-undang No.16 Tahun 2013.
Namun walau terbilang baru, jadikan momen baru ini sebagai motivasi untuk berinovasi lebih dalam membangun muratara yang maju baik pada sektor pendidikan, ekonomi, sosial, dan infrastruktur.
Melihat  daerah muratara sendiri  masih banyak daerah pedalaman/trans/desa yang digolongkan harus diperhatikan khususnya pada bidang pendidikan yaitu tingkat literasinya.Â
Tingkat literasi yang ada di daerah desa terbilang masih rendah. Walaupun sudah terdapat sekolah sebagai ruang untuk meningkatkan literasi, namun ruang tersebut masih belum cukup untuk menjadikan literasi sebagai sebuah budaya pada daerah desa di muratara.
Terlebih akibat dari pandemi covid-19, 1 tahun lebih para siswa dirumahkan/diliburkan dan ada yang sistem ganjil-genap. Hal itu sangat disadari berdampak terhadap literasi para siswa.Â
Berkurangnya jam belajar bersama guru di sekolah membuat siswa tidak terkontrol dalam target pembelajaran sehingga tingkat literasi terhadap siswa menjadi lemah dan rendah.Â
Walaupun ketika tahun ini masih sedikit sempat ada sistem ganjil-genap namun masih saja tidak berdampak terhadap naiknya kualitas Literasi para siswa.
Lemahnya literasi siswa harus dijadikan perhatian lebih. Karena literasi-lah yang akan berdampak pada kualitas SDM di daerah muratara tersebut.Â
Bila tingkat literasi tinggi di daerah muratara maka daerah tersebut akan menghasilkan banyak pemuda yang mempunyai kualitas SDM yang baik. Sehingga, banyaknya kualitas SDM yang baik maka akan berdampak terhadap kemajuan daerah Musi Rawas Utara sendiri.
Pemkab Muratara harus berbenah dalam menghadapi masalah ini. Yang harus dipentingkan dalam kondisi saat ini bagaimana caranya pemkab harus bisa menumbuhkan literasi anak trans/desa  menjadi lebih baik.Â
Banyak upaya dan cara yang harus dilakukan untuk menjadikan literasi sebagai budaya pada masyarakat Muratara terutama pada kalangan anak muda. Â Seperti membuat :
1. Perpustakan Desa
Pemkab Muratara bisa mengadakan perpustakaan  pada lingkungan perkantoran desa dengan menggunakan ruangan khusus dan tetap untuk dijadikan perpustakaan desa yang menyediakan buku dongeng, cerpen dan buku anak muda baik TK, SD,SMP,SMA yang dapat menumbuhkan keinginan mereka membaca.Â
Bisa juga dalam perpustakan desa atau di aula desa ini dibuat program "Minggu Literasi" sebagai event untuk menumbuhkan keinginan anak dalam membaca yang di mentorkan langsung oleh guru sekitar dan sebagai kordinator atas terlaksananya program ini yaitu kepala Desa. Ya pada semestinya program ini harus menggunakan protokol kesehatan bila masih dalam keadaan pandemi.
2. Pengadaan perpustakaan keliling antar desa
Pemerintah bisa juga membuat perpustakaan keliling antar desa dan dioperasikan menggunakan mobil yang berkeliling desa berpindah dari desa ke desa lain per 1 minggu, perpustakaan ini berlabuh di lingkungan yang ramai anak-anaknya seperti di taman bermain dll. Â
Beragam buku yang bisa disediakan seperti cerpen, dongeng dan buku siswa tingkat SD, SMP, SMA yang dapat membuat anak muda bergairah membaca buku.Â
Dalam pengadaan perpustakaan keliling ini seharusnya pemkab muratara mampu dalam merealisasikannya, melihat pada belakang waktu pemkab muratara bisa dalam merealisasikan pengadaan transportasi Bus sekolah.
Pada akhirnya, terlepas dari solusi yang saya ajukan, kita menunggu kebijaksanaan Bupati Muratara Bapak H.Devi Suhartoni dalam menumbuhkan literasi anak muda di daerah muratara.Â
Harapannya kepada Bupati Muratara perhatikan secara lebih pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu kunci sebagai proses mensejahterakan rakyat dan memajukan sebuah daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H