Ambil contoh deh, kayak di tempat saya di Kalimantan Tengah. Kecelakaan yang terjadi justru lebih banyak karena ngebut-ngebut di jalan, melanggar lampu merah, atraksi di jalan dengan kecepatan tinggi. Jarang sekali kejadian yang melibatkan emak-emak sebagai pelaku di jalan, justru biasanya jadi korban. Kasian Emak-Emak ya, ges..
Emak-Emak kalau naik motor mah barbar!
Ini saya rasa juga cukup ngaco, darimana coba para beliau-beliau yang berkendara barbar? Justru yang sering kita lihat adalah para anak muda yang baru berkendara satu atau dua tahun yang langsung beratraksi kebut-kebutan di jalan bareng teman-teman ganknya.
Padahal, kata barbar sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya memiliki perilaku tidak beradab. Nah, sekarang saya bertanya, barbar seperti apa yang dianggap oleh para kaum netijen Indonesia dalam menilai cara berkendara para Emak-Emak tersebut.
Justru yang barbar adalah perilaku para kita mungkin, yang masih muda, yang bisa saja membuat orang lain celaka. Atau bahkan, perilaku para jambret di jalan yang mestinya dihukum seadil-adilnya karena merampas harta dan bisa saja nyawa korbannya di jalan. See?
Emak-Emak suka melanggar lampu lalu lintas
Wes, jangan salah bro-sis! emak-emak melanggar lampu lalu lintas itu ada maksudnya. Beliau menghargai waktu, meskipun melanggar hukum dan aturan. Orang-orang melanggar lampu merah itu ada alasannya. Itu mah urusan dia sama pihak yang berwenang. Syukurnya sekarang ada e-tilang yang membantu pak pol dalam bertugas.
Soalnya begini, suatu pagi saat mau ke kantor, saya pernah pernah lihat Emak-Emak bawa anak dua orang dalam satu kendaraan dan anaknya enggak pake helm, rupanya si emak buru-buru mengantar anaknya ke sekolah, supaya engga terlambat mau ikut upacara. Paham kan? Betapa tulus pengorbanan ibunya supaya anaknya tidak terlambat ke sekolah, minimal on time saat gerbang sekolah mau ditutup oleh Satpam sekolah.
Pembaca yang budiman, banyak sekali sebenarnya kritik saya pada stigma yang melekat pada Emak-Emak saat berkendara. Sebenarnya tidak sepenuhnya menyalahkan mereka. Alangkah baiknya juga kita evaluasi diri kita, apakah kita pun sudah taat aturan dalam berkendara?Â
Lalu, harapannya juga pihak kepolisian lalu lintas turut mendukung perilaku taat berkendara, misalnya dengan cara diberikan sosialisasi dan pemahaman mengenai kehati-hatian dalam berkendara. Â Sehingga, harapannya nanti di google ada juga berita Emak-Emak of the year atau Duta Emak-Emak dalam berlalu lintas. Engga melulu yang gak baik aja tentang Emak-Emak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H