Acara Gelanggang Buku V (1963)
Tepat di acara pergelaran Gelanggang Buku V Â yang diikuti sebanyak 23 peserta penerbit. Sekaligus penutup pergelaran Gelanggang Buku. PTBI selaku wadah dari pameran Gelanggang Buku, penyelenggaraan ini diserahkan kepada Jajasan Buku. Sebuah Yayasan yang melanjutkan usaha di bidang kultural dari PTBI yang telah dibubarkan. Acara ini diselenggarakan di tahun yang sama pada 1963.
Meski diadakan setiap 1 tahun lamanya. Antusias dari masyarakat tidak pernah pudar, hingga suara konfrontasi para penerbit juga tidak berkurang. Seperti Jajasan Pembaruan yang masih getol untuk tetap mengkritisi di pergelaran Gelanggang Buku ini, seperti mengapa karya buku Capita Selecta I dari M. Natsir masih berseliweran, atau mengapa buku Ekonomi Umum I karya Soemitro masih saja dicetak ulang, padahal buku-buku tersebut dianggap berlawanan dengan arus revolusi kala itu.
Suasana konfrontasi semacam itu akan terus terjadi. Buku yang dianggap revolusioner maupun yang dianggap kontra-revolusioner selalu menghiasi pergelaran Gelanggang Buku sampai benar-benar ditutup secara permanen pada tahun 1965.
Padahal D.N. Aidit selalu menjadi garda terdepan dalam mengenai literasi, bahkan Soekarno tidak sesumbar bahwasanya pada tahun 1964 seluruh masyarakat Indonesia harus bebas buta huruf. Desakan dari D.N. Aidit yang pada akhirnya diaminkan oleh Soekarno meskipun butuh waktu yang sangat lama. Karena Jajasan Pembaruan yang dibentuk atas dorongan dari D.N. Aidit, bahkan dirinya saja tidak pernah absen di Gelanggang Buku itu sampai tutup permanen. Atas dedikasinya dalam mengenai literasi yang terekam jejak, Hari Buku Nasional terpatri pada nama D.N. Aidit dan sekaligus memahatkan tanggal 21 mei sebagai perayaan Hari Buku Nasional.
B. 17 mei
Setelah Gelanggang Buku itu dibredel oleh Soeharto, karena terpahat nama Ketua CC PKI yakni D.N. Aidit. Sebab rentetan sejarah itu, maka diubahlah tanggal 21 mei menjadi 17 mei oleh Soeharto. Sejak tahun 1965 Hari Buku Nasional itu biasa kita rayakan pada 17 mei.
Selamat Hari Buku Nasional baik itu dirayakan pada tanggal 21 mei maupun 17 mei. Pada intinya artikel ini terbit, kita semua berhak mendapatkan kelayakan pendidikan, bahkan diwajibkan bagi Pemerintah untuk tidak memberatkan dalam memberikan akses pendidikan khususnya bagi kewarganegaraan Indonesia. Semoga ada banyak perpustakaan liar di sudut-sudut perkotaan hingga perdesaan agar bisa mendapatkan akses "membaca" buku secara gratis dan mudah. Barangkali dari berawalan kata "Gratis dan Mudah" menjadikan amal jariyah bagi si pemilik Perpustakaan liar tersebut.
Selamat menjalankan ibadah membaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H