Aremania suporter sepak bola Indonesia dari tim Arema yang bermarkas di Kabupaten Malang. Aremania yang dulu dijuluki "Maha Gurunya Suporter Indonesia" hilang seketika bahkan terbilang merosot jauh rasa kepercayaan itu tepatnya pada kasus "Tragedi Stadion Kanjuruhan" yang mengakibatkan hilangnya nyawa kurang lebih 135 jiwa.Â
Kurangnya rasa dan jiwa pemimpin yang handal ditubuh Aremania yang mengakibatkan rasa egoisme yang tinggi dan bahkan berada dipuncak-puncaknya. Uluran demi uluran bahkan sang rival pun Bonek Mania suporter dari tim Persebaya Surabaya juga mengubur dalam-dalam masa kelam rivalitas abadi dengan Aremania, karena tragedi ini menyangkut masalah jiwa, akan tetapi tanggapan itu hanya ditepuk sebelah tangan oleh Aremania yang bahkan disaksikan banyak masyarakat Indonesia pada acara program televisi Mata Najwa di TRANS7.
FAKTOR PERMASALAHAN
Sebenarnya banyak sekali yang harus dibenahi ditubuh Aremania bahkan sang tim idola pun harus dibenahi, karena puncak kekacauan berada di masalah internal bukan external, seperti:
1. Kurangnya jiwa pemimpin yang memiliki wawasan yang luas, serta belum mampu memiliki jiwa pemimpin yang menciptakan pengaruh lingkungan yang baik;
2. Struktur kepengurusan dalam suporter Aremania tidak ada sama sekali yang seharusnya itu ada dalam suatu kelompok, karena kelompok suporter Aremania bukan kelompok suporter yang baru lahir kemarin sore melainkan sudah lama sekali kelompok suporter ini berdiri;
3. Pecahnya kelompok suporter dan tim idola, kalau kejadian seperti ini sudah berada dipuncak dari segala puncak permasalahan yang ada, karena sang suporter harus mengumpulkan suporter Arema yang lain dan mengumpulkan juga presiden dari tim Arema yang lain bahkan harus melibatkan PSSI, supaya kepemilikan Arema yang jelas dapat terwujud. Karena permasalahan ini hampir sama dengan kejadian suporter Bonek Mania yang menuntut dan meminta kejelasan hak kepemilikan dari tim Persebaya Surabaya yang asli kepada PSSI dan itu butuh waktu yang sangat lama tetapi membuahkan hasil yang sangat baik. Sebenarnya kenapa kejadian ini bisa terjadi di beberapa tim yang lain? karena pecahnya dualisme liga Indonesia pada saat itu antara Indonesian Super League (ISL) dan Indonesian Premier League (IPL) yang pada saat itu mungkin saja para klub memainkan 2 peran yang berbeda liga dan itu berimbas sampai saat ini.
Bahkan pernah statement itu keluar ketika wajah dan tubuh Aremania memainkan 2 peran bahkan 2 topeng sekaligus yang berbeda pada saat itu bahkan beda hari juga;
Pada (29/1/2023) ketika kelompok suporter Arek Malang berdemonstrasi meminta untuk menutup sementara dari merchandise Arema FC sekaligus meminta untuk Iwan Budianto mengundurkan diri sebagai direktur utama Arema FC, alasannya karena ketika Arema FC yang kini sedang lagi jatuh-jatuhnya sosok Iwan Budianto tidak menampakkan dirinya, bahkan seolah-olah permasalahan ini hanya bertepuk sebelah tangan saja. Bahkan bukan itu saja, kelompok Arek Malang juga pada saat itu meminta maaf pada orasinya terhadap seluruh kelompok suporter di Indonesia terutama terhadap kelompok suporter Bonek Mania bahkan seluruh masyarakat Indonesia juga, yang pada saat itu statement yang dikeluarkan oleh Dadang (Perwakilan kelompok suporter Aremania yang diwawancarai di Mata Najwa) tidak mencerminkan berada dipihak mereka, bahkan Arek Malang sangat mendukung bahkan berterima kasih atas uluran tangan dari seluruh kelompok suporter di Indonesia bahkan seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan bentuk meluapkan kekecewaan itu dengan memecahkan berupa kaca tembok dari merchandise, lalu merusak atribut-atribut juga, bahkan yang lebih parah lagi dengan menurunkan logo tim Arema FC.
Pada (30/1/2023) Aremania hadir dengan wajah baru yang dimana sangat berbanding terbalik dengan hari demonstrasi sebelumnya, dimana pada hari sebelumnya demontrasi yang dihadiri dengan wajah-wajah anak muda yang peduli terhadap lingkungan pada permasalahan internal yang sudah tidak sehat lagi ditubuh Arema dan kini pada (30/1/2023) dihadiri dengan wajah-wajah lama dengan statementnya yang terbilang kolot serta tidak mau diatur atas permasalahan internal yang terjadi. Kelompok suporter Aremania ini diketuai oleh Yuli Sumpil yang membuat geram atas statement masyarakat Indonesia yang dikeluarkan, karena seharusnya dia bisa merangkul sesama kelompok suporter Arema bukan seolah-olah mengolok-ngolok kelompok demonstrasi Arek Malang yang tidak sesuai dengan statement yang dikeluarkan pada hari sebelumnya.
Kejadian 2 hari demonstrasi di Merchandise Arema FC, Malang, Jawa Timur. Pada tanggal (29/1/203) yang diperkasai atas nama kelompok Arek Malang dengan wajah-wajah anak muda, sedangkan (30/1/2023) dihadiri oleh kelompok suporter Aremania dari tim Arema FC dengan wajah-wajah lama yang diketuai Yuli Sumpil. Aksi demontrasi itu menuai pro-kontra dan berbagai macam ragam kritikan dari masyarakat Indonesia karena kejadian itu sudah menyebar dan viral di berbagai media sosial.
AREMANIA YANG BELUM BERUBAH
Liga 1 2023/2024, pada pekan ketiga (15/7/2023) dimana sesuai regulasi dari PSSI sejak awal yang dimana mencoba untuk membuat peraturan larangan kelompok suporter dari pihak tamu datang sebagai away ke pihak tuan rumah sebagai home. Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI merasa geram atas kasus yang baru-baru terjadi, yakni Aremania melanggar peraturan regulasi karena nekat hadir sebagai away ke stadion Brawijaya Kediri dan itu membuat pertandingan menjadi tidak kondusif atas bentroknya kelompok suporter Aremania dari pihak Arema FC dengan Persikmania dari pihak Persik Kediri. Dengan kejadian itu lantas sigap dari pihak keamanan yang berakhir selesai dengan lancar dan kondusif, yang diakhiri kemenangan bagi Persik Kediri dengan skor 5-2 atas Arema FC.
Kapan berubah? kapan damai? kapan menjadi satu? (Sebuah utas pertanyaan yang berakhir kapan-kapan atas segala permasalahan yang ada)
Marwah dari suporter Aremania yang sudah dibangun sejak dulu pada permukaan dasar persepak bolaan Indonesia hangus seketika karena regenerasi yang tidak pandai merawat serta membangun dan berinovasi yang lebih baik. Aremania hadir beriringan dengan hadirnya sang tim idola yakni PS Arema pada (11/Agustus/1987) yang bermarkas di Kabupaten Malang, dengan atas dasar inisiatif dari Lucky Acub Zaenal sang pendiri PS Arema yang ingin memberi warna baru hiburan khususnya cabang olahraga sepak bola di Malang.
Seiring berjalannya waktu pengelola dari klub Arema terus berganti dan nama klub hak paten yang diberi Lucky Acub Zaenal pun terus berganti. Bahkan yang tak kalah sedih banyaknya dualisme yang terjadi di kubu Arema dan lunturnya marwah kepemimpinan Aremania dari para kelompok-kelompok suporter di Indonesia, ketika dulu dijuluki "Maha Gurunya Suporter Indonesia" sekaligus pencetus pertama kultur suporter "Mania" di Indonesia, yang kini sudah menjamur dipakai di suporter-suporter Indonesia sampai luar negeri, mulai dari chants bahkan sampai gerakan.
Permasalahan ini tidak bisa dianggap sebelah mata, butuhnya sosok pemimpin di dalam tubuh suporter Aremania yang bisa mengakhiri permasalahan ini sampai ke akar-akarnya. Sama halnya dulu Bonek Mania dengan orasinya bisa membangkitkan gertakan PSSI, karena dibalik itu ada dukungan dari para sesepuh Bonek Mania dan dukungan semua golongan dari pihak Bonek Mania dan terbukti sukses dan menjadi satu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H