Dalam pendidikan,khususnya lembaga formal yang kompeten dan menentukan keberhasilan anak adalah seorang guru. Menurut opini saya, keberhasilan anak(murid) berasal dari keterbukaan guru itu sendiri. guru harus memiliki keterbukaan pemikiran hingga keterbukaan secara psikologis.
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kemauannya yang tinggi untuk mengkomunikasikan dengan siswa ataupun orang-orang di lingkungan pendidikan tempat bekerja. Menurut saya,
Psikologi komunikasi yang diterapkan oleh guru harus memperhatikan aspek kejiwaan dalam belajar mengajar. Aspek kejiwaan yang perlu diperhatikan adalah persoalan perasaan, mood, motivasi dan perlakuan, dan sikap yang saling mempengaruhi antara orang-orang di sekitar guru. Point-point penting mengenai aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar di dunia Islam:
1. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah pondasi pergaulan. Nabi Muhammad SAW menyebut kasih sayang sebagai identitas muslim. Menebar kasih sayang adalah pilar kunci pendidikan, hal ini menjadi catatan bahwa betapa pentingnya pendidikan sebagai proses pengembangan mental siswa harus berdasarkan kasih sayang dan rasa cinta dari semua elemen belajar seperti guru, murid, hingga orang-orang di sekitarnya
2. Pribadi Kuat
Dalam melakukan kebaikan orang harus optimis, yakin, dan penuh motivasi dalam melakukan segala kebaikan, termasuk dalam belajar. Banyak ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang memberikan rambu-rambu agar manusia mau beramal , beriman, dan bekerja agar menjadi manusia yang memiliki posisi kebaikan di mata Allah di antaranya dalam [QS 6:135] dan [QS 9:105]. Bekerja akan menjadikan manusia kuat, itu jenis manusia yang dicintai Allah.
3. Jangan Kasar
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Qashah ayat 77, Allah membenci orang yang berbuat kerusakan dan mencintai orang yang berbuat baik. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
4. Berlaku Baik
Salah satu Anjuran untuk berbuat baik dalam hubungan antara guru dan murid bersandar pada hadis Nabi yaitu dalam Musnad Ahmad hadid Nomor 9894 yang artinya “ Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Zuhai dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah, dia berkata ; seorang laki-laki berkata: Sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku menyambung silaturahim dengan mereka tetapi mereka memutuskanku, aku berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berlaku buruk kepadaku, aku berlau sopan kepada mereka tetapi mereka berlaku jahil kepadaku.”