Era 5.0, atau sering disebut Society 5.0, adalah sebuah konsep yang diusung oleh Jepang untuk menciptakan masyarakat yang seimbang antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai sosial. Dalam era ini, teknologi tidak hanya mempermudah kehidupan sehari-hari tetapi juga mendukung kesejahteraan manusia secara menyeluruh. Meskipun teknologi telah mengambil peran penting dalam kehidupan kita, interaksi sosial tetap menjadi elemen yang tidak tergantikan.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.Â
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan.Â
Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Bentuk-bentuk interaksi sosial ada yang disebut Proses Asosiatif (Processes of Association) dan Proses Disosiatif (Processes of Dissociation).Â
Yang termasuk proses asosiasi adalah (1) Kerja Sama (Cooperation), yang mempunyai lima bentuk, yaitu: Kerukunan, Bargaining, Ko-optasi (Co-optation), Koalisi (Coalition), dan Joint-ventrue. (2) Akomodasi (Accomodation), yang mempunyai betuk-bentuk: Coercion, Compromise, Arbitration, Mediation, Conciliation, Toleration, Stalemate, dan Adjudication. (3) Asimilasi (Assimilation). Yang termasuk proses disosiatif yaitu Persaingan (competition), Kontravensi (contravention), dan Pertentangan atau pertikaian (conflict). Yang termasuk bentuk persaingan yaitu Persaingan ekonomi, Persaingan kebudayaan, Persaingan kedudukan dan peranan, dan Persaingan ras.Â
Yang termasuk ke dalam bentuk kontravensi yaitu kontravensi yang umum, sederhana, intensif, rahasia, dan taktis. Bentuk-bentuk pertentangan antara lain: Pertentengan pribadi, Pertentangan rasial, Pertentangan antara kelas-kelas sosial, Pertentangan politik, dan Pertentangan yang bersifat internasional.
Ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu: Interaksi antara Individu dan Individu, Interaksi antara Kelompok dan Kelompok, dan Interaksi antara Individu dan Kelompok. Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang, Ada komunikasi antarpelaku, Ada dimensi waktu, dan Ada tujuan-tujuan tertentu.
Faktor-faktor dalam interaksi sosial yaitu Faktor Imitasi, Faktor Sugesti, Fakor Identifikasi, dan Faktor Simpati.
 Mengapa Interaksi Sosial Penting?
1. Kesehatan Mental
  Interaksi sosial adalah fondasi dari kesehatan mental yang baik. Hubungan sosial yang kuat dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Dalam era di mana teknologi sering menggantikan interaksi tatap muka, penting untuk memastikan bahwa kita tetap menjaga hubungan sosial yang nyata.
2. Peningkatan Kualitas Hidup
  Berinteraksi dengan orang lain dapat meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Melalui percakapan, dukungan emosional, dan aktivitas sosial, individu merasa lebih terhubung dan dihargai.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
  Keterampilan sosial seperti empati, komunikasi, dan kerja sama dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain. Di era 5.0, di mana pekerjaan dan kehidupan sehari-hari semakin bergantung pada kolaborasi, keterampilan ini menjadi semakin krusial.
Tantangan Interaksi Sosial di Era 5.0
1. Ketergantungan pada Teknologi
  Teknologi yang ada di era 5.0 seperti AI, robotik, dan IoT dapat menggantikan banyak aspek interaksi manusia. Misalnya, chatbot dan asisten virtual yang menggantikan komunikasi manusia di berbagai layanan. Hal ini bisa mengurangi frekuensi dan kualitas interaksi sosial.
2. Perubahan Pola Kerja
  Pekerjaan jarak jauh yang semakin umum dapat mengurangi kesempatan untuk interaksi langsung dengan kolega. Meskipun rapat virtual dan alat kolaborasi online memudahkan komunikasi, mereka tidak bisa sepenuhnya menggantikan interaksi tatap muka.
3. Isolasi Sosial
  Terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia maya bisa menyebabkan isolasi sosial. Orang bisa merasa terputus dari dunia nyata dan mengalami kesepian meskipun mereka "terhubung" secara digital.
Strategi Mempertahankan Interaksi Sosial
1. Â Mengatur Waktu untuk Interaksi Tatap Muka
  Penting untuk mengatur waktu khusus untuk bertemu dengan teman dan keluarga secara langsung. Aktivitas seperti makan bersama, olahraga, atau sekadar berkumpul bisa memperkuat ikatan sosial.
2. Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Interaksi
  Manfaatkan teknologi untuk mendukung, bukan menggantikan, interaksi sosial. Video call, media sosial, dan aplikasi pesan bisa digunakan untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang jauh, tetapi tidak seharusnya menggantikan pertemuan fisik.
3. Bergabung dengan Komunitas Lokal
  Terlibat dalam kegiatan komunitas lokal atau organisasi sosial dapat membantu membangun hubungan baru dan memperkuat jaringan sosial. Partisipasi dalam kegiatan sukarela atau hobi bersama juga bisa menjadi cara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Membatasi Penggunaan Teknologi
  Membatasi waktu yang dihabiskan di depan layar dan memastikan ada waktu tanpa teknologi bisa membantu mengurangi dampak negatif dari ketergantungan teknologi dan meningkatkan kualitas interaksi sosial.
 Kesimpulan
Di era 5.0, teknologi memainkan peran penting dalam kehidupan kita, namun interaksi sosial tetap esensial untuk kesejahteraan mental dan emosional. Mengatasi tantangan yang muncul dengan cara memanfaatkan teknologi secara bijak dan tetap menjaga hubungan tatap muka adalah kunci untuk mencapai keseimbangan dalam masyarakat yang semakin digital ini. Dengan begitu, kita bisa menikmati manfaat dari teknologi tanpa kehilangan nilai-nilai sosial yang fundamental
Sumber dan Acuan
Gerungan, W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Sitorus, M. 2001. Berkenalan dengan Sosiologi Edisi Kedua Kelas 2 SMA. Bandung: Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sosiologi, Tim. 2003. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Kelas 1 SMA. Jakarta: Yudhistira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H