Mohon tunggu...
Roman Krama Wijaya
Roman Krama Wijaya Mohon Tunggu... kuli panggul -

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Dirun dan Sang Senator

19 September 2016   16:44 Diperbarui: 19 September 2016   17:02 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apapun yang Allah berikan saat ini kita harus bersyukur," tegas sang ibu seraya mengelus kepala Dirun.

Dari penggalan kisah Dirun tersebut kita dapat mengambil pelajaran, bahwa masih banyak saudara kita yang hidup dengan keterbatasan, tapi mereka tetap bisa bersyukur.

Haus Kekayaan

Beberapa hari lalu, persisnya 16 September 2016, masyarakat digegerkan dengan penangkapan Ketua DPD Irman Gusman, dalam operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumah dinasnya.

Penangkapan Irman disebut-sebut lantaran menerima dugaan suap senilai Rp 100 juta dari seorang pengusaha asal Sumatera Barat. KPK menyita barang bukti itu dari tangan Irman, setelah tiga orang tamu itu meninggalkan rumah dinasnya.

Penangkapan Irman merupakan bagian dari deretan pejabat lembaga tinggi negara yang menyalahgunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, setelah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar, Sekjen Mahkamah Agung (MA) Nurhadi, mantan Menteri Agama Suryadharma Ali.

Namun, yang lebih mengejutkan ketika kita melihat kekayaan Irman yang ternyata mencapai Rp 31,9 miliar. Itu belum termasuk harta dalam bentuk mata uang asing, yakni 40.995 dolar AS. Kekayaan itu terdiri dari harta bergerak dan tidak bergerak.

Uang suap senilai seratus juta rupiah itu sepertinnya tidak ada apa-apanya bagi kekayaan Irman. Lantas yang menjadi pertanyaan, kenapa putra asal Sumatera Barat itu bisa menerima suap 'recehan' itu?

Apakah itu baru uang tanda jadi, atau benar seperti yang disebutkan pengacaranya bahwa Irman tidak tahu isi bingkisan dari pengusaha itu? Tentu kita tidak bisa berandai-andai dalam perkara hukum. Biarlah KPK yang menuntaskan kasus ini.

Tapi terlepas benar atau salahnya sang senator menerima suap, kita bisa mengambil pelajaran bahwa seberapa pun harta yang kita miliki tak akan ada cukupnya. Manusia selalu haus kekayaan dan bergelimang harta.

Sudah punya sepeda motor ingin beli mobil. Sudah punya mobil ingin beli rumah mewah. Sudah punya rumah mewah ingin beli kapal pesiar. Harta kekayaan sudah punya, ingin punya istri lagi. Ketika harta dan wanita sudah punya, manusia akan mengejar tahta atau kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun