Mohon tunggu...
Roman Krama Wijaya
Roman Krama Wijaya Mohon Tunggu... kuli panggul -

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kita Butuh Pencitraan dan Status Sosial

16 Februari 2016   11:00 Diperbarui: 19 September 2016   16:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyaknya kendaraan pribadi menjadi peluang bisnis tersendiri bagi para pedagang stiker. Tempelan berbahan plastik ini biasanya terpampang di kendaraan pribadi seperti mobil, sepeda motor, bahkan sepeda ontel. Namun, tanpa kita sadari keberadaan stiker ini menjadi fenomena unik.

Jika dilihat desainnya ada 3 jenis stiker, yakni bentuk tulisan, gambar, atau gabungan keduanya. Kendati, jika dilihat dari motifnya, ada yang sengaja menempel stiker untuk sekadar pencitraan atau gaya-gayaan, menakut-nakuti, keamanan, kampanye, bahkan untuk lucu-lucuan.

Pertama, stiker pencitraan. Biasanya stiker jenis ini ada yang bergambar orang atau anggota keluarga berikut nama-nama. Mulai dari nama kepala keluarga, istri, anak, bahkan kakek dan nenek.

Stiker ini seolah memberitahukan sang pemilik kendaraan memiliki keluarga yang harmonis, keluarga kecil atau besar. Stiker jenis ini biasanya ditempel di kaca mobil bagian belakang. Kebayang nggak kalau bikin stiker jenis ini dengan menyebut semua anggota keluarga sampai cicit atau cucut?

Stiker pencitraan lain, misalnya berbentuk bendera kenegaraan. Umumnya, stiker bendera Jepang dan Jerman. Jarang sekali stiker bendera Indonesia. Justru stiker bendera Indonesia biasanya dipajang di becak atau sepeda ontel. Mungkin nasionalisme kita luntur? Entahlah.

Pemilik kendaraan ini seolah-olah ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa dia keturunan atau kewarganegaraan asing. Atau juga pejabat kedutaan, atau bahkan bisa jadi sekadar ikut-ikutan.

Ada juga stiker pencitraan jenis ketiga, yaitu gabungan antara gambar dan kata-kata. Misalnya stiker bergambar 3 pedal, kopling, rem, dan gas. "Real man is use one pedal" begitu kata-kata stiker ini yang bergambar 3 pedal.

Stiker ini memang bernada provokasi dan menunjukan arogansi di pemilik kendaraan, yang seolah-olah si pemilik kendaraan tak butuh pedal rem dan kopling, hanya butuh pedal gas.

Si empunya kendaraan ini seolah-oleh ingin menunjukan dirinya pembalap, raja jalanan, lebih gantle, gaya-gayaan biar terkesan gaul atau justru sebaliknya? Bisa jadi kendaraan matic, jadi malah terkesan banci.

Ada juga stiker pencitraan atau gaya-gayaan lain yang bernada sinis. Seperti bentuk acungan 'fuck' jari tengah. Stiker ini seolah-oleh si pemilik kendaraan ingin menunjukan kepada khalayak agar terkesan gaul, atau melecehkan.

Stiker dengan motif menakut-nakuti. Stiker jenis ini biasanya dalam bentuk logo atau tanda institusi penegak hukum seperti TNI, Kejaksaan, dan DPR. Pemilik kendaraan dengan stiker ini biasanya ingin menunjukan kepada pengendara lain sebagai anggota penegak hukum atau orang 'terpandang'.

Namun ada 2 kemungkinan, bisa jadi benar bahwa si pemilik kendaraan adalah anggota penegak hukum. Kedua, bisa jadi pemalsuan identitas. Jika masuk kategori pertama, jelas bermotif pencitraan.

Sedangkan ketegori kedua, mungkin bermotif sengaja untuk menakut-nakuti pengendara lain, atau polantas agar bebas tilang.
Biasanya stiker jenis ini tertempel di sudut plat atau nomor kendaraan. Baik kendaraan roda empat maupun roda dua.

Stiker dengan motif keamanan. Stiker jenis ini biasanya berbentuk gambar dan tulisan. Misalnya bertuliskan "Baby On Board" dan diserai gambar bayi atau keranjang bayi. Si pemilik kendaraan ini berusaha ingin menunjukan ada bayi dalam mobilnya.

Tujuannya ingin memberitahukan agar pengendara lain tidak membunyikan klakson berlebihan, memainkan gas, atau malah mengajak kebut-kebutan. 

Atau bisa jadi bentuk pencitraan, supaya pemilik mobil ini dianggap sudah berkeluarga dan memiliki bayi mungil. Stiker ini biasanya ditempel di kaca belakang mobil.

Stiker kampanye. Jenis stiker ini umumnya mengkampanyekan suatu produk atau objek tertentu. Misalnya lokasi wisata, mereka, atau produk tertentu.

Pemilik kendaraan jenis stiker ini bisa dibilang berjiwa volunteer, kehumasan, sosial tinggi. Jelas saja mereka bersdia menjadi alat atau media promosi suatu produk, atau merek tertentu.

Padahal, tujuan mereka memajang stiker ini mungkin hanya ingin dibilang pernah mengunjungi lokasi wisata tertentu, atau memiliki produk tersebut.

Stiker jenis ini bisa juga berbentuk logo institusi, seperti logo perguruan tinggi tertentu yang cukup tersohor. Sayangnya, stiker jenis ini hanya mempromosikan perguruan tinggi terkenal.

Harusnya, mahasiswa atau alumni perguruan tinggi yang kurang terkenal bisa juga membuat stiker jenis ini. Supaya perguruan mereka juga terbantu tersosialisasikan.

Pemilik kendaraan jenis stiker ini biasanya ingin menunjukan kepada pengendara lain bahwa mereka alumni perguruan tersebut. Ada kebanggan, sombong, sekaligus pencitraan. Karena perbedaan tiga hal itu beda tipis.

Stiker lucu-lucuan. Setiker jenis ini biasanya berbentuk tulisan yang terkadang cukup mengundang tawa bagi pengendara lain. Misalnya, "Ijo Lumut" alias Ikatan Jomblo Imut.

Pemilik kendaraan jenis ini umumnya ingin sekadar lucu-lucuan, atau bisa jadi jomblo beneran. Kalau ya, berarti pemilik kendaraan ini mempromosikan diri, ingin mencari sosok pasangannya.

Ada juga stiker "Hari Gini Masih Pakai Gigi?" yang seolah ingin mengejek kendaraan nonmatic. Atau sebaliknya "Nggak Pakai Gigi? Ompong Dong". Stiker ini biasanya pemilik kendaraan manual. Ada juga "Ingat, Jodoh Nggak Mungkin Lari, Kalaupun Lari, Lari Mendekat", "Cinta Eneng Tak Semurni Bensin Abang,", dan masih banyak lagi stiker jenis lainnya. 

Tapi jika kita ambil benang merahnya, dari sekian banyak stiker umumnya bernada pencitraan dan provokasi. Namun ini bagian fenomena kehidupan sosial masyarkat sekarang ini. Tak bisa dipungkiri juga ini bagian dari peluang bisnis bagi masyarakat. 

Alhasil, masyarakat memang umumnya tak cuma butuh bahan bakar (BBM) tapi juga pencitraan dan pengakuan status sosial. Setidaknya, dari sekian banyak stiker, tak jarang membuat kita tersenyum di kala kita terjebak kemacetan. Atau sekaligus mengindentifikasikan karakter si pemilik kendaraan tersebut.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun