Jika usia kita saat ini 30 tahun berarti 30 x Rp 55,188 miliar = Rp 1.655.640.000.000 (Rp 1,6 triliun). Begitu besar nikmat dari alam bukan? Saya yakin manusia langsung bangkrut, jika harus membayar oksigen yang kita hirup tiap detik. Berapa triliun manusia harus mengeluarkan uang selama hidup?
Sejatinya manusia itu lemah, karena itu tak ada yang bisa disombongkan. Itu baru satu nikmat. Bagamaimana jika alam mencabut nikmat-nikmat lainnya? Tapi banyak di antara manusia yang melupakan nikmat itu.
Banjir dan Longsor
Usai dicoba dengan bencana kabut asap, kini giliran manusia mendapat ujian lainnya, banjir dan tanah longsor. Meskipun baru memasuki pancaroba atau musim peralihan dari kemarau ke penghujan, namun masyarakat sudah mulai terkena dampaknya.
Seperti hujan yang mengguyur wilayah Bogor pada awal pekan lalu, telah menimpa 3 rumah dan 1 orang tewas serta beberapa lainnya luka-luka akibat longsor. Menyoal bencana memang tidak ada yang bisa disalahkan. Namun setidaknya, pelajaran masa lalu bisa menjadi pelajaran bagi manusia.
Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah tahun lalu akibat human error atau kelalaian manusia sendiri. Karena tingkat kerawanan permukiman yang tinggi terabaikan. Begitu juga banjir, pun manusia sendiri yang lalai. Sebut saja membuang sampah sembarangan sehingga menyumbat sistem drainase.
Contoh lainnya adalah ilegal logging, penggundulan hutan untuk wilayah perkebunan, hingga pembakaran hutan. Jika sudah begini, serapan air di hutan pun berkurang. Sehingga air hujan mengalir ke permukiman warga. Banjir bandang terjadi dimana-mana. Semua ini akibat tangan-tangan rakus manusia.
Anomali cuaca akibat El Nino tak bisa menjadi alasan manusia terhadap kerusakan alam. Bahwa bumi ini sudah tua memang benar. Tetapi kerusakan bumi terbesar adalah akibat tangan-tangan manusia sendiri. Manusia selalu mengambil keuntungan dari alam, tapi timbal balik buat alam hanya sebagian kecil.
Penanggulangan banjir bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dari mulai membuang sampah yang benar, membuat serapan, perbaikan sistem drainase, sampai penanaman pohon. Semua butuh waktu dan kesadaran yang tinggi dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, tapi semua unsur.
Alhasil, yang dibutuhkan tak lain adalah kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi dari semua pihak. Agar kelak tidak ada lagi bencana kabut asap, kebakaran hutan dan lahan, banjir, tanah longsor dan bencana lainnya. Karena tanah Ibu Pertiwi ini sejatinya lengkap dengan berbagai bencana. Karena alam ingin manusia-manusia di bumi tercinta ini terus belajar, supaya bisa terus melestarikan dengan baik.
Jakarta, 11 November 2015