Mohon tunggu...
Muhammad Ilfan Zulfani
Muhammad Ilfan Zulfani Mohon Tunggu... Penulis - Kayanya pembelajar

Lahir dan tumbuh di Banjarmasin. Pernah tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Marx dan Kekhawatiran terhadap Komunisme

30 September 2021   06:57 Diperbarui: 30 September 2021   07:23 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: pixabay.com

Karl Marx adalah salah satu dari tiga punokawan awal sosiologi, sedangkan yang duanya lagi Emile Durkheim dan Max Weber. Bertahun-tahun berkuliah di jurusan sosiologi, saya merayakan persetujuan dan penolakan terhadap ide-ide Marx maupun ide-ide para pengikut pemikiran Karl Marx (Marxis). 

Ketika sedang membaca soal Marxisme karena saya ada tugas kuliah inilah, tiba-tiba ada bunyi “tuiingg!” di kepala saya. Maksud saya, saya punya ide untuk menulis di media daring, bukan hanya sekedar tugas yang diserahkan ke dosen dan kemudian tulisan saya lenyap tak berbekas entah pergi kemana. 

Jadi begini, kita tidak bisa memungkiri bahwa rekam jejak sejarah komunisme di seluruh dunia tidak terlepas dari jasa-jasa pemikiran Karl Marx dan pengikutnya. Dua dari banyak buku Marx yang menginspirasi kaum kiri maupun kaum kekiri-kirian adalah The Communist Manifesto (yang ditulis bersama Engels) dan Das Kapital.

Sederhananya: Anda ingin paham gagasan komunisme? Baca karyanya Marx. Meksipun memang, komunisme dalam sejarah telah melampaui jauh pemikiran-pemikiran Marx. Apa yang dilakukan berbagai partai komunis di banyak penjuru dunia telah tercampuri oleh pikiran dan kepentingan yang lain, sudah tidak murni lagi pemikiran Marx seorang. Tetapi tetap, pemikiran Karl Marx harus menjadi rujukan yang utama dan penting ketika ingin memahami komunisme.

Pasca masuk jurusan sosiologi, pemikiran dan pandangan saya terhadap komunisme dan pemikiran Karl Marx menjadi berubah. Dulu saya hanya memahami komunisme adalah sebagai kelompok tidak bertuhan yang membenci agama dan pernah memberontak di Indonesia beberapa kali. 

Mana tau saya soal pemikiran gemilang Karl Marx tentang materialisme historis, alienasi, kesadaran kelas, perjuangan kelas, kapitalisme, borjuis, proletariat, kesadaran palsu, eksploitasi, dan lain sebagainya. Bahkan setelah hampir tiga tahun berkuliah pun, saya masih kewalahan untuk memahami segala macam pemikiran Marx dan Marxisme.

Maka atas dasar sulitnya memahami Marxisme, saya mencoba berpandangan tentang apa yang sedang ditakuti oleh sebagian masyarakat kita. Lah, wong saya saja (bukan bermaksud untuk merendahkan) yang kuliah masih kewalahan untuk memahami komunisme. Padahal, anak sosiologi sering bertemu dengan pemikiran Marx. 

Lalu, bagaimana para orang tua kita yang bahkan mungkin sosok Marx saja tidak tahu. Mereka menyuarakan ketakutan dan kecurigaan terhadap bangkitnya komunisme padahal mereka tidak mengerti betul soal komunisme. Di pihak yang lain, kalangan yang mengaku “terdidik” mencemooh keluguan masyarakat kita itu. Menuduh bahwa mereka termakan berita hoaks, bodoh, dan korban Orba.

Maksud saya gini, ketakutan dan kecurigaan itu sangat bisa merupakan hal yang riil. Bapak Fulan misalnya, bilang kalau dia takut sama tikus. Lah, temennya yang bernama Bapak Falun, mengejek Fulan, “Masa sama tikus saja takut! Tenang aja tikus ga bakal bisa makan manusia!”. 

Padahal, Bapak Fulan dan Bapak Falun masing-masing punya pandangan yang berbeda soal tikus yang berkaitan dengan pengalaman sejarah mereka. Bapak Fulan pernah pas lagi kecil celananya dimasukkin tikus sampai ke selangkangan dan barangnya digigit karena bau ikan, peristiwa itu membuat dia trauma sampai dewasa. Bapak Falun malah punya ayah seorang pelatih sirkus tikus, wajar saja Bapak Falun akrab dengan tikus.

Begitu juga soal komunisme. Kaum yang mengaku terdidik jangan sekonyong-konyong menuduh para orang tua yang takut akan kebangkitan komunis sebagai kalangan yang mempunyai rasa takut tidak berdasar. Para orang tua itu tidak tahu, misalnya, komunisme telah banyak kalah di penjuru dunia. 

Bahkan banyak ilmuwan yang berpendapat ide-ide komunis itu bersifat utopis. Mereka tidak tahu bahwa komunisme harus berhadapan dengan kapitalisme yang telah mencengkram masyarakat dunia. Republik Rakyat Cina saja, sistem politiknya memang komunis, tapi sistem ekonominya kapitalis. Kalau Karl Marx masih hidup, mungkin dia terheran-heran dengan Cina. Nampaknya dia sendiri yang akan memesan tiket pesawat ke RRC untuk menjitak kepala Xi Jinping, sekjen Partai Komunis Cina saat ini

Apa yang dipahami para orang tua kita itu soal komunisme bisa saja sesederhana pikiran saya sebelum masuk jurusan sosiologi. Bahwa komunisme itu adalah PKI yang anti-Tuhan dan anti-agama yang pernah berkonflik di Indonesia dan menimbulkan banyak korban jiwa. Mungkin, bisa saja, kita berargumen bahwa mereka diracuni oleh rezim Orba lewat film legendaris Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (Pengkhianatan G30S/PKI). 

Terlepas dari perdebatan soal validitas sejarah yang ada di film tersebut, tetapi apakah ketakutan mereka tidak berdasar? Mungkin iya kalau memakai dasar para kaum yang mengaku terdidik yang berpendapat komunisme tidak mungkin bangkit lagi. Tetapi sekali kita mencoba menilik apa yang orang tua kita takuti, kita dapat tahu bahwa apa yang dipahami mereka berbeda dengan apa yang kaum terdidik pahami.

Anda tidak bisa menyalahkan seorang yang takut dengan bangkitnya komunis kalau seorang itu dulu ayahnya adalah seorang kiai di Madiun yang tubuhnya dimutilasi saat Peristiwa Madiun Tahun 1948. Begitu orang itu meliat ada tindakan yang dianggapnya menaruh kebencian terhadap ulama, wajar saja seorang itu curiga terhadap hadirnya komunis. Anda tidak bisa mencekoki seorang itu dengan komunisme yang Anda pahami. Pengalaman dan pengetahuan orang tua tersebut berbeda dengan apa yang Anda miliki.

Betul-betul saya geregetan soal ini. Di esai ini saya tegaskan saya tidak berdebat soal sejarah komunisme di Indonesia. Saya hanya mau bilang bahwa kita harus mengerti mengapa orang menaruh kecurigaan dan ketakutan. Ini bukan soal apakah komunisme bisa bangkit lagi atau tidak secara politik dan ekonomi, tetapi apakah masih ada hal yang membuat sebagian orang curiga akan tanda-tanda bangkitnya komunis dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Kita boleh meluruskan mereka soal fakta sejarah maupun fakta hari ini yang menurut kita lebih benar, tetapi tanpa menyerang dan menyalah-nyalahkan hak mereka untuk takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun