Mohon tunggu...
Muhammad Ilfan Zulfani
Muhammad Ilfan Zulfani Mohon Tunggu... Penulis - Kayanya pembelajar

Lahir dan tumbuh di Banjarmasin. Pernah tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Marx dan Kekhawatiran terhadap Komunisme

30 September 2021   06:57 Diperbarui: 30 September 2021   07:23 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: pixabay.com

Begitu juga soal komunisme. Kaum yang mengaku terdidik jangan sekonyong-konyong menuduh para orang tua yang takut akan kebangkitan komunis sebagai kalangan yang mempunyai rasa takut tidak berdasar. Para orang tua itu tidak tahu, misalnya, komunisme telah banyak kalah di penjuru dunia. 

Bahkan banyak ilmuwan yang berpendapat ide-ide komunis itu bersifat utopis. Mereka tidak tahu bahwa komunisme harus berhadapan dengan kapitalisme yang telah mencengkram masyarakat dunia. Republik Rakyat Cina saja, sistem politiknya memang komunis, tapi sistem ekonominya kapitalis. Kalau Karl Marx masih hidup, mungkin dia terheran-heran dengan Cina. Nampaknya dia sendiri yang akan memesan tiket pesawat ke RRC untuk menjitak kepala Xi Jinping, sekjen Partai Komunis Cina saat ini

Apa yang dipahami para orang tua kita itu soal komunisme bisa saja sesederhana pikiran saya sebelum masuk jurusan sosiologi. Bahwa komunisme itu adalah PKI yang anti-Tuhan dan anti-agama yang pernah berkonflik di Indonesia dan menimbulkan banyak korban jiwa. Mungkin, bisa saja, kita berargumen bahwa mereka diracuni oleh rezim Orba lewat film legendaris Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (Pengkhianatan G30S/PKI). 

Terlepas dari perdebatan soal validitas sejarah yang ada di film tersebut, tetapi apakah ketakutan mereka tidak berdasar? Mungkin iya kalau memakai dasar para kaum yang mengaku terdidik yang berpendapat komunisme tidak mungkin bangkit lagi. Tetapi sekali kita mencoba menilik apa yang orang tua kita takuti, kita dapat tahu bahwa apa yang dipahami mereka berbeda dengan apa yang kaum terdidik pahami.

Anda tidak bisa menyalahkan seorang yang takut dengan bangkitnya komunis kalau seorang itu dulu ayahnya adalah seorang kiai di Madiun yang tubuhnya dimutilasi saat Peristiwa Madiun Tahun 1948. Begitu orang itu meliat ada tindakan yang dianggapnya menaruh kebencian terhadap ulama, wajar saja seorang itu curiga terhadap hadirnya komunis. Anda tidak bisa mencekoki seorang itu dengan komunisme yang Anda pahami. Pengalaman dan pengetahuan orang tua tersebut berbeda dengan apa yang Anda miliki.

Betul-betul saya geregetan soal ini. Di esai ini saya tegaskan saya tidak berdebat soal sejarah komunisme di Indonesia. Saya hanya mau bilang bahwa kita harus mengerti mengapa orang menaruh kecurigaan dan ketakutan. Ini bukan soal apakah komunisme bisa bangkit lagi atau tidak secara politik dan ekonomi, tetapi apakah masih ada hal yang membuat sebagian orang curiga akan tanda-tanda bangkitnya komunis dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Kita boleh meluruskan mereka soal fakta sejarah maupun fakta hari ini yang menurut kita lebih benar, tetapi tanpa menyerang dan menyalah-nyalahkan hak mereka untuk takut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun