Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, senantiasa menginspirasi dengan pemikirannya yang berpusat pada murid. Menerapkan gagasan beliau di lingkungan alam hutan dan pegunungan seperti di Kampung Pasirlaja Desa Sukaresmi Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat ini menghadirkan tantangan dan peluang unik dalam mewujudkan pendidikan yang holistik dan bermakna.
Kesimpulan dan Penjelasan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan Berpusat pada Murid: Murid bukan hanya objek pembelajaran, tetapi subjek aktif yang memiliki kodrat alam dan potensi unik. Proses belajar difasilitasi untuk memantik rasa ingin tahu, minat, dan bakat mereka.
Pendidikan yang Merdeka: Pembelajaran tidak terkungkung dalam tembok kelas, melainkan memanfaatkan alam dan budaya lokal sebagai sumber belajar. Murid didorong untuk bereksplorasi, berkreasi, dan bertanggung jawab atas pembelajarannya.
Pendidikan Holistik: Pendidikan tidak hanya fokus pada aspek intelektual, tetapi juga pengembangan karakter, budi pekerti, dan keterampilan hidup. Murid diajak untuk memahami dan beradaptasi dengan lingkungan alam dan sosialnya.
Kemanusiaan: Pendidikan harus memupuk rasa kemanusiaan, saling menghormati, dan menghargai perbedaan. Murid didorong untuk menjadi bagian dari masyarakat yang bergotong royong dan berkontribusi positif.
Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru
Sebagai pendidik di lingkungan hutan pemikiran Ki Hadjar Dewantara membuka mata saya terhadap kekayaan belajar yang tak terbatas di alam sekitar. Murid-murid saya tidak hanya belajar dari buku teks, tetapi juga dari mengamati flora dan fauna, menjelajahi hutan, dan berinteraksi dengan masyarakat. Hal yang paling menjadi peluang bagi saya yaitu bagaimana dapat menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan melalui Hijau Bersinar dan konsep zero waste.
Konstruksi Ulang Proses Pembelajaran dan Suasana Kelas
Belajar di Alam: Kegiatan belajar di luar kelas menjadi bagian integral. Murid mengamati keanekaragaman hayati, belajar tentang ekosistem, dan menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Seni dan Budaya Lokal: Murid mempelajari seni dan budaya lokal, seperti tari tradisional, musik daerah, dan kerajinan tangan. Hal ini menumbuhkan rasa identitas dan penghargaan terhadap warisan budaya.
Keterampilan Hidup: Murid diajarkan keterampilan hidup yang relevan dengan konteks lokal, seperti berkebun, beternak, dan mengolah hasil alam. Keterampilan ini membekali mereka untuk mandiri dan beradaptasi dengan lingkungan.
Gotong Royong: Semangat gotong royong ditanamkan melalui kegiatan bersama, seperti membersihkan lingkungan sekolah, membantu masyarakat, dan mengadakan festival budaya.
Pembelajaran Berbasis Proyek: Murid mengerjakan proyek yang terkait dengan isu-isu lokal, seperti pelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, dan pengembangan ekonomi.
Tantangan dan Solusi
Menyelenggarakan pendidikan yang berpusat pada murid di lingkungan terpencil memiliki tantangan, seperti akses yang terbatas, infrastruktur yang belum memadai, dan kurangnya sumber daya. Namun, dengan kolaborasi antara guru, murid, orang tua, dan komunitas, tantangan ini dapat diatasi.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara bagaikan lentera yang menerangi jalan pendidikan. Dengan menerapkan gagasan beliau secara kreatif dan kontekstual, kita dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan siap berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan pelestarian alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H