Mohon tunggu...
Ila Aulia
Ila Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Televisi dan Film

Sangat suka tantangan dan senang belajar hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Film sebagai Salah Satu Produk Ekonomi Kreatif dalam Mendorong Berkembangnya Perekonomian di Indonesia

15 September 2023   13:42 Diperbarui: 15 September 2023   13:48 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekonomi kreatif Indonesia berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejak hadirnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Barekraf), sebuah lembaga yang didedikasikan untuk mengelola ekonomi kreatif Indonesia.

Perkembangan ekonomi kreatif dapat dilihat dari perkembangan industri kreatif di Indonesia. Hal ini dianggap menjadi peluang dan sarana untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, dikarenakan sektor ini dapat membuka kesempatan bisnis serta lapangan pekerjaan yang besar.

Sebagai contoh ada 17 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia menurut laman resmi Kemenparekraf, yaitu Pengembang Permainan, Kriya, Desain Interior, Musik, Seni Rupa, Desain Produk, Fesyen, Kuliner, Film, Animasi, dan Video, Fotografi, Desain Komunikasi Visual, Televisi dan Radio, Arsitek, Periklanan, Seni Pertunjukan, Penerbitan, dan Aplikasi.

Yang akan dibahas pada artikel ini adalah subsektor karya audio visual, yaitu film. Namun, akan lebih baik untuk memahami dahulu apa itu ekonomi kreatif.

Secara umum, ekonomi kreatif mengacu pada proses perekonomian dengan sumber daya manusia sebagai faktor utamanya, termasuk produksi dan distribusi barang dan jasa. Industri dari ekonomi kreatif di Indonesia sangat diperhatikan dan diharapkan untuk bisa membantu perekonomian di Indonesia. Adapun manfaat dari ekonomi kreatif, sebagai berikut:

  • Membuka lapangan pekerjaan baru

Dengan berkembangnya sektor industri kreatif yang semakin luas dan beragam pada ekonomi kreatif, dapat memberikan peluang untuk membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas. Hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran penduduk yang ada di Indonesia.

  • Dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Dengan semakin beragamnya sektor industri kreatif, maka semakin luas juga kesempatan berkarier dan melakukan kegiatan produksi. Hal tersebut yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.

  • Mendorong masyakat menjadi lebih kreatif dan inovatif

Seiring berkembangnya industri pada ekonomi kreatif yang semakin pesat, dapat mendorong dan mengasah masyarakat untuk lebih kreatif yang mampu menghadirkan ide-ide yang inovatif dan bernilai tinggi.

  • Meningkatkan nilai produk

Dengan lebih kreatif dalam menciptakan ide-ide yang inovatif masyarakat mempunyai peluang untuk meningkatkan nilai pada produk yang mereka hasilkan.

  • Meningkatkan daya saing negara

Jika suatu negara memiliki industri kreatif dengan sumber daya manusia yang inovatif dalam menciptakan sebuah ide, maka negara tersebut dapat bersaing di pasar global. Hal ini dikarenakan produk atau ide yang dihasilnya memliki ciri khas yang tentunya berbeda dengan negara lain.

Kembali pada pembahasan utama, yaitu film sebagai produk dari ekonomi kreatif.

Film merupakan media komunikasi massa yang menggunakan audio dan visual dalam proses komunikasinya. Film dapat memberi pengaruh yang cukup besar kepada penonton. Hal ini disebabkan oleh metode penyampaiannya yang menggunakan gambar dan suara, sehingga ketika menonton film, penonton dapat merasakan apa yang disampaikan dalam film. Penonton seolah mampu melakukan perjalanan melintasi ruang dan waktu serta tenggelam dalam cerita yang disampaikan sehingga mempengaruhi alam bawah sadar penonton.

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragamannya. Keragaman budaya, seni, wisata, kuliner Nusantara, dan masih banyak lagi. Industri film mempunyai kapasitas yang besar dalam menggerakkan ekonomi kreatif di Indonesia. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi digital, semakin terbukanya ide-ide kreatif untuk menghasilkan konten-konten yang inovatif. Industri film Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah film yang diproduksi setiap tahunnya. Saat ini film menjadi sebuah tontonan yang digemari semua orang. Apalagi isu-isu atau permasalahan yang diangkat adalah hasil representasi dari keadaan atau kejadian yang sedang marak.

Saat ini film tidak hanya sebagai seni dan hiburan. Tak jarang juga film yang menanamkan teori sosiologi maupun psikologis, untuk mempengaruhi pikiran masyarakat dan juga menanamkan ideologi dengan tujuan mengubah sikap dan pikiran mereka dalam hal yang positif. Tentunya kita tetap harus bisa menyeleksi dan menata informasi-informasi yang terkandung dalam sebuah film.

Industri film memiliki peran yang cukup besar dalam mendukung kemajuan ekonomi kreatif yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam sebuah pembuatan film terdapat faktor pendukung, yaitu pada aspek penciptaan lapangan kerja, budaya, pariwisata, fashion, musik, kuliner dan lain sebagainya, yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada aspek-aspek yang sudah disebutkan.

Seperti contoh, pada film 5cm. Film garapan sutradara Rizal Mantovani yang rilis pada 12 Desember 2021. Film ini memperlihatkan panorama indah Semeru dengan Oro-oro Ombo, Ranu Pane, dan Ranu Kumbolo yang digambarkan dengan detail. Sehingga banyak sekali masyarakat, khususnya anak muda yang tertarik naik gunung atau hanya sekedar mengeksplor keindahan sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa film mempunyai potensi dalam memajukan sektor pariwisata di Indonesia.

Contoh lain pada film  Dilan 1990. Pakaian yang dikenakan oleh karakter Dilan di film itu juga membuat kalangan anak muda tertarik untuk mengikuti gaya berpakaiannya. Sehingga para pelaku produksi juga dapat meraup untung dari hasil penjualan pakaian seperti yang dikenakan oleh Dilan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa film mempunyai potensi dalam memajukan ekonomi kreatif di bidang fashion.

 

Contoh selanjutnya pada film Yowis Ben. Film ini menceritakan sebuah anak muda yang mendirikan sebuah band musik. Di dalam filmnya dia menciptakan sebuah lagu, yang kemudian digemari banyak kalangan anak muda yang menonton film tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa film juga memiliki potensi untuk memajukan ekonomi kreatif di bidang musik yang menjadi faktor pendukung dalam sebuah film. Seiring berjalannya waktu, kemudian banyak lagu-lagu yang diciptakan yang juga menjadi soundtrack pada film Yowis Ben selanjutnya.

Sesuai dengan manfaat ekonomi kreatif yang sudah dijelaskan di awal artikel. Industri film juga bermanfaat dalam hal penciptaan lapangan kerja. Lapangan kerja yang dimaksud, mulai dari aktor, sutradara, editor, desainer kostum dan lain sebagainya. Seperti contoh, pada industri film lokal yang ada di kabupaten Jember, Jawa Timur. Banyak sekali masyarakat yang tertarik mengikuti casting film dan kemudian berproses dengan bergabung menjadi aktor pada film yang diproduksi oleh filmmaker yang ada di Jember. Mengingat di Jember banyak sekali komunitas-komunitas atau production house untuk memproduksi film, apalagi di Jember terdapat kembaga pendidikan yang memiliki program studi perfilman. Hal ini menjadi wadah untuk memberikan pelatihan yang diperlukan, termasuk untuk generasi pekerja film selanjutnya.

Jadi, dengan banyaknya proyek film yang dijalankan, akan ada banyak pekerjaan yang tersedia yang kemudian dibutuhkan di dalam industri film ini. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi agar semakin berkembang melalui pendapatan yang dihasilkan oleh pekerja film, meskipun masih harus menghadapi berbagai rintangan. 

Sebagai contoh, di Jember masih minim sekali tenaga kerja yang benar-benar ahli di bidang film, seperti sutradara, penulis naskah, atau mungkin juga pemerannya, sehingga pemilihan pekerja filmnya cukup terbatas. Hal lain yaitu, terkait dengan distribusi film. Kebanyakan para pekerja film di Jember terutama kalangan anak muda kurang bisa mendistribusikan film ketika setelah selesai diproduksi, sehingga film-film yang dihasilkan hanya dijadikan sebagai koleksi atau pencapaian pribadi tanpa memanfaatkan aspek komersilnya. Permasalahan lain yang jauh lebih penting yaitu, kurang meratanya penyebaran layar bioskop di Indonesia, serta perlindungan terhadap hak karya cipta yang masih kurang, sehingga banyak sekali masyarakat yang masih melakukan pembajakan film di website-website illegal.

Demikian peran film sebagai salah satu produk ekonomi kreatif di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun