Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Serunya Berpacu dengan Waktu Kala Naik Kereta Api di Kota Cirebon

25 Oktober 2024   16:45 Diperbarui: 25 Oktober 2024   16:46 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak penumpang yang menunggu kereta malam - Dokpri

 

Tidak ada hal yang menantang saat naik kereta api selain di Kota Cirebon.

Itulah sepenggal kalimat yang terucap dari seorang rekan railfans yang gemar bepergian naik kereta api. Mulanya, saya tak begitu paham tentang maksud dari kalimatnya. Saya mengira, saat naik kereta api ke kota ini akan sama dengan kota lainnya.

Namun, akhirnya saya membenarkan perkataan rekan saya tersebut setelah jalan-jalan ke kota udang ini pada 2018. Kala itu, saya mencoba naik KA Majapahit dari Malang yang tiketnya sekitar 200 ribu rupiah. Tidak ada ekspektasi tinggi saat saya memutuskan jalan-jalan ke sana. Hanya ingin melihat persimpangan budaya Jawa dan Sunda yang begitu kental dengan banyak keraton yang masih terawat hingga kini.

Adu Waktu Beli Sarapan di Stasiun Cirebon Prujakan

KA Majapahit yang mengantarkan saya berangkat dengan tepat waktu. Melintasi beberapa kota yang menjadi persinggahannya, saya cukup menikmati perjalanan bersama si ular besi. Walau saat itu rangkaian kereta masih menggunakan kursi tegak khas rangkaian Kemenhub 2-2, tetapi saya beruntung. Tidak banyak penumpang yang naik sehingga saya bisa menyelonjorkan kaki.

Tak hanya itu, prami yang bertugas juga menjajakan sewa bantal seharga 6.000 rupiah. Tentu, saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan bantal tersebut. Maklum, namanya juga kelas ekonomi, jadi sebagai penumpang saya tahu diri harus membayar lebih untuk kenyamanan yang ingin saya dapat.

Menaiki KA Majapahit yang masih menggunakan rangkaian Ekonomi Kemenhub 2-2 - Dokpri
Menaiki KA Majapahit yang masih menggunakan rangkaian Ekonomi Kemenhub 2-2 - Dokpri

Sekitar sebelas jam kemudian, KA Majapahit yang membawa saya sampai di Stasiun Cirebon Prujakan. Hari masih cukup pagi karena matahari belum naik sepenggalah. Dengan mata yang masih berat untuk terbuka, saya pun mulai kebingungan mencari sarapan pagi. Bukan apa-apa, saya memiliki penyakit GERD sehingga perut harus terisi tepat waktu.

Petugas PPKA Stasiun Solojebres sibuk mengatur perjalanan di waktu malam - Dokpri 
Petugas PPKA Stasiun Solojebres sibuk mengatur perjalanan di waktu malam - Dokpri 

Ketika turun dari kereta, tiba-tiba saya mendengar teriakan keras dari para pedagang warung nasi di Stasiun Cirebon Prujakan.  Ah, pucuk di cinta ulam pun tiba. Saya segera menuju ke salah satu warung dan berniat membeli satu bungkus untuk saya makan di peron kereta. Saya tidak mau buru-buru keluar stasiun karena hari masih pagi. Selain itu, rasanya sayang melewatkan momen berharga di stasiun tersebut.

Baru melangkah beberapa saat, saya terhenyak dengan deru lari dari beberapa penumpang yang juga menuju warung. Rupanya, mereka adalah penumpang arah Bekasi dan Jakarta yang juga ingin membeli nasi bungkus. Mereka memanfaatkan waktu kereta singgah cukup lama untuk pengisian air dan pengecekan sarana selama beberapa waktu. Sebelum turun, saya sempat mendengar pengumuman dari kondektur bahwa kereta akan berhenti lama sekitar 17 menit.

Oh, saya baru paham maksud dari perkataan rekan saya tadi. Hal menantang saat naik kereta api di Cirebon adalah berpacu dengan waktu untuk membeli makanan di stasiun. Lengah sedikit saja, maka penumpang bisa ketinggalan kereta. Mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan sistem kerja PT KAI yang serba tepat waktu.

KA Majapahit akhirnya tiba di Stasiun Cirebon Prujakan. - Dokpri
KA Majapahit akhirnya tiba di Stasiun Cirebon Prujakan. - Dokpri

Atas alasan itu, saya pun melihat para penjual warung nasi begitu cekatan saat melayani para penumpang yang membeli dagangan mereka. Dalam waktu sekejap, banyak bungkus nasi sudah berpindah ke tangan penumpang yang langsung bergegas menuju kereta. Saya menahan diri dulu untuk tidak membeli makanan di sana sampai semua penumpang arah Bekasi dan Jakarta mendapatkan keinginannya.

Saya melihat sejenak petugas stasiun yang mengisi air untuk berbagai keperluan di dalam kereta. Tentu, air untuk keperluan toilet adalah yang utama. Mereka bergitu sigap dan cermat mengisi air dari sebuah pipa yang berada di dekat peron. Saya takjub dengan kecepatan mereka mengoperasikan berbagai alat tersebut untuk mengejar waktu 17 menit kereta berhenti.

Sebenarnya, ritual ini juga dilakukan di beberapa staisun lain, seperti Stasiun Purwokerto, Stasiun Kertosono, dan Stasiun Surabaya Gubeng. Hanya saja, perjalanan ke Cirebon inilah yang merupakan pengalaman pertama saya melihat langsung ritual tersebut.

Petugas stasiun yang mengisi air menyalami Polsuska setelah bertugas. - Dokpri 
Petugas stasiun yang mengisi air menyalami Polsuska setelah bertugas. - Dokpri 

Setelah semua beres, petugas stasiun segera memberi informasi bahwa kereta akan kembali berjalan dan penumpang diharapkan naik. Saya pun duduk sebentar sampai kereta benar-benar meninggalkan stasiun. Rasanya 17 menit sangat berharga bagi banyak orang yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Nasi Jamblang Penjaga Mata agar Tidak Terpejam

Tiga hari di Cirebon sebenarnya masih kurang. Walau saya sudah mengunjungi 2 dari 4 keraton yang ada serta wisata Gua Sunyaragi, masih ada banyak tempat yang belum sempat saya singgahi. Saya sudah dihubungi oleh Om saya di Bandung karena memang saya sudah janji mau ke sana.

Mengunjungi Keraton Kasepuhan. - Dokpri
Mengunjungi Keraton Kasepuhan. - Dokpri

Mulanya, saya ingin  naik bus dari Terminal Harjamukti. Namun, Om saya menyarankan agar saya naik kereta api saja agar perjalanan saya aman dan nyaman. Saya sempat pesimis untuk mendapatkan tiket kereta karena keberangkatan saya tinggal beberapa jam lagi. Untung saja, masih ada satu tiket KA Harina kelas bisnis yang bisa saya dapatkan.

Hanya dengan menggunakan aplikasi KAI Access, semua bisa saya atur dengan mudah. Jadwal keberangkatan kereta Harina dari Stasiun Cirebon Kejaksan sekitar pukul 12 malam. Nantinya, kereta akan sampai di Bandung sekitar pukul 4 pagi dan Om saya sudah siap akan menjemput di Stasiun Bandung.

Nah, lagi-lagi, saya membuktikan perkataan rekan saya tadi bahwa naik kereta di Cirebon adalah perjalanan kereta penuh tantangan. Lantaran, banyak sekali perjalanan kereta api yang dilakukan saat tengah malam dari Cirebon. Kereta dari arah Surabaya yang berangkat siang akan sampai di Cirebon tengah malam seperti KA Harina ini. Sementara, kereta yang dari arah Jakarta banyak yang memulai perjalanan dari Pasar Senen atau Gambir pada sore hari tiba di Cirebon juga malam hari.

Pengalaman naik kereta tengah malam di Cirebon ini adalah pengalaman pertama saya. Biasanya, saya naik saat pagi, siang, atau sore hari. Makanya, saya berusaha semaksimal mungkin agar tidak tertidur di penginapan. Saya pun merancang strategi dengan makan Nasi Jamblang di Alun-alun menjelang tengah malam agar mata tetap terjaga. Dari alun-alun, saya berniat jalan kaki ke stasiun.

Nasi Jamblang di Alun-alun Kejaksan - Dokpri
Nasi Jamblang di Alun-alun Kejaksan - Dokpri

Makan dulu biar kenyang. - Dokpri
Makan dulu biar kenyang. - Dokpri

Setelah puas makan Nasi Jamblang di stasiun, saya bertanya kepada bapak penjual apakah jarak jalan kaki ke stasiun cukup jauh. Ternyata sang Bapak mengatakan cukup jauh. Saya pun mengurungkan niat untuk berjalan kaki dan memutuskan untuk naik ojek online. Apes bagi saya, banyak driver sedang tidak jalan karena ada pertandingan Semifinal Piala Dunia 2018. Setelah beberapa lama, akhirnya ada driver yang mau mengangkut saya meski waktu keberangkatan kereta tinggal sejam lagi.

Serunya Naik Kereta Malam di Stasiun Cirebon Kejaksan

Saya bergegas masuk ke area Stasiun Cirebon Kejaksan yang tampak cantik dengan gemerlap lampu malamnya. Sambil mengatur napas akibat panik, saya memotret stasiun dengan perpaduan gaya lokal dan arsitektur Art Deco ini. Yah, sebagai kenang-kenangan sebelum meninggalkan kota ini. saya duduk di ruang tunggu karena masih ada waktu sekitar setengah jam lebih sebelum kereta datang.

Memotret bagian dalam Stasiun Cirebon Kejaksan - Dokpri
Memotret bagian dalam Stasiun Cirebon Kejaksan - Dokpri

Di sana, saya berjumpa dengan seorang penumpang dari arah Purwokerto yang transit kereta di stasiun ini. Ia merupakan pekerja asal Cilegon yang sudah sering bolak-balik ke Purwokerto dengan naik kereta. Menurutnya, naik kereta lebih aman, nyaman, dan pasti sehingga bisa diandalkan. Meski harus berganti beberapa kereta, baginya tak masalah. Saking asyiknya kami mengobrol, tak terasa kereta kami akan tiba. Kami pun berpisah karena kereta saya tiba lebih dulu.

Sambil menenteng tas dengan mata yang sudah cukup berat, saya dipandu oleh petugas keamanan menuju ke jalur nomor 4. Tantangan kembali saya hadapi karena tak mudah berjalan di peron dengan mata yang sudah mengantuk. Di sana sudah ada beberapa prami yang menyapa saya dengan ramah. Melihat senyum mereka, rasa kantuk saya jadi hilang. Sungguh, tantangan naik kereta di Cirebon memang benar adanya.

Banyak penumpang yang menunggu kereta malam - Dokpri
Banyak penumpang yang menunggu kereta malam - Dokpri

Tak lama, KA Harina pun tiba. Meski duduk di kursi paling belakang, tidak dekat jendela, dan malah dekat dengan pintu, saya masih merasa nyaman. Pasalnya, kelas kereta yang saya naiki adalah kereta bisnis yang terkenal legend dengan kenyamanannya. Saya pun tertidur di kereta dan baru bangun saat kereta sampai di Stasiun Cimahi.

Pengalaman berharga yang mendidik saya agar bisa melewati tantangan dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya bisa saya dapatkan di Cirebon. Tantangan ini bisa dilakukan PT KAI yang hampir selalu tepat dalam melakukan perjalanan kereta api. Bahkan, kini kita bisa mengecek posisi kereta api yang kita naiki dari aplikasi KAI Access sehingga bisa memperkirakan waktu perjalanan.

Berada dalam KA Harina kelas bisnis yang sangat nyaman - Dokpri
Berada dalam KA Harina kelas bisnis yang sangat nyaman - Dokpri

Makanya, saya hanya berharap selain tetap mengutamakan keamanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu, semoga PT KAI tetap mempertahankan kereta api kelas bisnis. Sungguh, kereta kelas ini sangat nyaman digunakan apalagi ruang selonjoran kakinya yang lega dan kursinya yang empuk. Kereta api kelas bisnis juga jadi solusi para penumpang yang tidak bisa membelli tiket kereta kelas eksekutif tetapi masih ingin mendapatkan kenyamanan prima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun