Ada pula hammock yang terpasang di beberapa titik jika pengunjung ingin tiduran sambil menikmati suara serangga. Beberapa tempat duduk pun tersedia yang bisa digunakan untuk rombongan besar. Apabila pengunjung ingin melihat kawasan hutang mangrove dan garis pantai Surabaya Timur dari ketinggian, maka bisa naik ke gardu pandang yang berada di sisi selatan dari kawasan hutan mangrove ini. Semua fasilitas tersebut tersedia secara gratis.
Meski demikian, ada pula fasilitas yang berbayar. Beberapa diantaranya adalah sepeda listrik dan mobil golf yang bertarif 50 ribu rupiah. Dengan fasilitas tersebut, pengunjung bisa berkeliling area hutan mangrove yang sangat luas.
Faslitas berbayar yang cukup diminati di sini adalah wisata naik perahu menuju Selat Madura. Harga tiket naik perahu ini adalah 20 ribu rupiah. Namun, pengunjung dapat naik perahu ini setelah jumlah kuota minimal penumpang terpenuhi yakni sekitar 10-15 orang.
Ketika saya ke sana, kesempatan untuk naik perahu ini juga tak saya sia-siakan. Untungnya, saya segera mendapat teman naik yakni sebuah rombongan keluarga besar. Tak perlu waktu lama bagi pengemudi perahu untuk mulai menjalankan perahunya menyusuri sungai yang menghubungkan area hutan mangrove dengan muara.
Perjalanan naik perahu ini pulang pergi memakan waktu sekitar 45 menit. Beberapa kali, laju perahu harus tertahan oleh enceng gondok yang memenuhi aliran sungai. Meski demikian, sepanjang perjalanan, banyak sekali satwa khas hutan mangrove yang bisa kami temui. Mulai dari biawak, belibis putih, hingga kera yang bergelantungan di pepohonan mangrove. Saya sempat agak parno jika bertemu hewan buas seperti ular atau buaya. Namun, pengemudi perahu mengatakan satwa tersebut belum pernah ia temui selama menjalankan perahunya.