Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mangrove Gunung Anyar Surabaya, Pengembangan Wisata Pinggir Kota yang Bisa Dijangkau Siapa Saja

14 Juli 2024   08:42 Diperbarui: 14 Juli 2024   16:32 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung sedang naik perahu ke muara. - Dokpri

Kota Surabaya sedang jor-joran mengembangkan dunia pariwisatanya.

Selain menata Kotalama dan menyelenggarakan Night at The Museum, kota ini juga sedang mengembangkan wisata pinggir kota yang bernuansa alam.

Tak hanya Romokalisari Adventure Land yang sedang naik daun, Surabaya juga tengah gencar untuk mempromosikan wisata Mangrove Gunung Anyar.

Wisata ini merupakan kawasan hutan mangrove di pantai timur Surabaya dengan luas sekitar 27 ha. Deretan pohon mangrove yang memagari kawasan ini menjadi tembok kota dari serangan abrasi. Makanya, keberadaan hutan mangrove ini sangat penting tak hanya untuk kegiatan pariwisata saja tetapi juga berfungsi secara ekologis.

Nah, Pemkot Surabaya begitu gencar mempromosikan kawasan ini kepada warganya dan warga luar kota. Salah satunya adalah dengan mengubah rute Feeder Wira-Wiri 03 yang melintasi kawasan Gunung Anyar. Rute FD 03 ini diubah pada hari Sabtu dan Minggu.

Jika biasanya hanya sampai kawasan Wiguna, sebuah perumahan di Gunung Anyar, pada hari-hari tersebut armada FD 03 beroperasi hingga di dekat pintu gerbang kawasan hutan mangrove. Penumpang tinggal duduk manis dan membayar tiket FD 03 sebesar 5.000 rupiah.

Dengan adanya perubahan rute FD 03 ini, maka pengunjung dari berbagai arah bisa menuju ke Mangrove Gunung Anyar. Semisal, dari Terminal Bungurasih, pengunjung bisa naik Suroboyo Bus turun di Terminal Joyoboyo lalu oper FD 03 menuju Gunung Anyar.

Dari Stasiun Surabaya Pasar Turi dan Gubeng Baru, pengunjung bisa naik FD 07 dari dalam atau pintu keluar stasiun dan turun di Halte Manyar seberang Terminal Bratang. Lalu, pengunjung bisa oper FD 03 ke Mangrove Gunung Anyar.


Konektivitas dan kemudahan inilah yang coba ditawarkan oleh Pemkot Surabaya. Biasanya, kawasan wisata yang cukup jauh dari pusat kota akan memiliki masalah dalam hal transportasi.

Banyak warga yang enggan ke sana karena diarsa jauh dan tidak ada kendaraan pribadi. Makanya, konektivitas ini sangat penting dalam menunjang perkembangan tempat wisata, tak hanya di Surabaya saja.

Selain melalui media sosial, seringkali kondektur Suroboyo Bus dan wira-wiri mempromosikan perubahan rute ini kepada penumpang yang bertanya rute.

Pintu masuk menuju pembibitan hutan mangrove. - Dokpri
Pintu masuk menuju pembibitan hutan mangrove. - Dokpri

Cara ini cukup efektif dalam menarik pengunjung karena ada rasa keingintahuan lebih dari penumpang. Terutama, mereka yang sudah mulai jenuh dengan hiburan belanja di Surabaya seperti mall dan tempat lainnya. Bagaimanapun, masyarakat butuh tempat segar tetapi tidak sampai keluar kota.

Lantas, apa saja yang kita dapatkan di Mangrove Surabaya?

Dengan tiket hanya 5.000 rupiah, kita bisa mendapatkan banyak spot foto menarik di sana. Ada jogging track yang bisa digunakan untuk berjalan kaki sembari menikmati suasana segar.

Di beberapa titik terdapat gazebo yang selain bisa digunakan untuk istirahat, bisa juga untuk memotret kebersamaan dengan rekan dan keluarga.


Ada pula hammock yang terpasang di beberapa titik jika pengunjung ingin tiduran sambil menikmati suara serangga. Beberapa tempat duduk pun tersedia yang bisa digunakan untuk rombongan besar.

Apabila pengunjung ingin melihat kawasan hutang mangrove dan garis pantai Surabaya Timur dari ketinggian, maka bisa naik ke gardu pandang yang berada di sisi selatan dari kawasan hutan mangrove ini. Semua fasilitas tersebut tersedia secara gratis.

Jogging track - Dokpri
Jogging track - Dokpri

Meski demikian, ada pula fasilitas yang berbayar. Beberapa diantaranya adalah sepeda listrik dan mobil golf yang bertarif 50 ribu rupiah. Dengan fasilitas tersebut, pengunjung bisa berkeliling area hutan mangrove yang sangat luas.

Hammock untuk bersantai. - Dokpri
Hammock untuk bersantai. - Dokpri

Fasilitas berbayar yang cukup diminati di sini adalah wisata naik perahu menuju Selat Madura. Harga tiket naik perahu ini adalah 20 ribu rupiah. Namun, pengunjung dapat naik perahu ini setelah jumlah kuota minimal penumpang terpenuhi yakni sekitar 10-15 orang.

Melihat hutan mangrove dari atas. - Dpkpri
Melihat hutan mangrove dari atas. - Dpkpri

Ketika saya ke sana, kesempatan untuk naik perahu ini juga tak saya sia-siakan. Untungnya, saya segera mendapat teman naik yakni sebuah rombongan keluarga besar.

Tak perlu waktu lama bagi pengemudi perahu untuk mulai menjalankan perahunya menyusuri sungai yang menghubungkan area hutan mangrove dengan muara.

Fasiitas naik mobil golf berbayar. - Dokpri
Fasiitas naik mobil golf berbayar. - Dokpri

Perjalanan naik perahu ini pulang pergi memakan waktu sekitar 45 menit. Beberapa kali, laju perahu harus tertahan oleh enceng gondok yang memenuhi aliran sungai.

Meski demikian, sepanjang perjalanan, banyak sekali satwa khas hutan mangrove yang bisa kami temui. Mulai dari biawak, belibis putih, hingga kera yang bergelantungan di pepohonan mangrove.

Saya sempat agak parno jika bertemu hewan buas seperti ular atau buaya. Namun, pengemudi perahu mengatakan satwa tersebut belum pernah ia temui selama menjalankan perahunya.


Tak terasa, beberapa menit setelah berlayar, kami pun tiba di ujung muara sungai. Tampak hamparan laut yang luas. Pengemudi perahu pun memutar balik saat ada tanda bendera yang terpasang. Ternyata, itulah tanda bagi perahu untuk berputar balik.

Tiba-tiba, anak-anak yang naik perahu kami berteriak karena ada sekawanan ubur-ubur yang berenang. Ubur-ubur tersebut ternyata habitatnya juga berada di muara hutan mangrove. Berwarna merah dengan gerakan yang lincah, sayang ia tak dapat disentuh karena beracun.

Berlayar hingga ke selat Madura
Berlayar hingga ke selat Madura

Saat kembali ke dermaga, saya berpapasan dengan perahu lain yang dinaiki wisatawan asing. Gencarnya promosi wisata ini ternyata juga menarik minat wisatawan asing yang sedang berkunjung ke Gunung Bromo.

Sebelum mereka kembali naik pesawat ke tempat lain, biasanya pemandu mereka atau mereka secara inisiatif memasukkan hutang mangrove Gunung Anyar ini sebagai tujuan wisata.

Kawasan Mangrove Gunung Anyar ini juga memiliki pusat pembibitan mangrove dan perpustakaan. Sayangnya, tempat ini cukup sepi dan kurang menarik bagi pengunjung.

Padahal, keberadaanya sangat penting untuk belajar jenis pohon mangrove apa saja yang ditanam di sini. Tidak adanya petugas yang memandu wisatawan membuat tempat ini tak begitu dilirik.

Kebun pembibitan mangrove. - Dokpri
Kebun pembibitan mangrove. - Dokpri

Perpustakaan yang sepi, - Dokpri
Perpustakaan yang sepi, - Dokpri

Meski demikian, dengan tiket semurah itu, saya sangat puas berkunjung di tempat seindah ini. Apalagi, saat naik perahu ke muara sungai, saya juga melihat pemandangan gedung pencakar langit Kota Surabaya.

Pemandangan kontras ini membuat saya semakin sadar bahwa wisata pinggiran kota yang alami sangat dibutuhkan dan harus bisa dijangkau dengan transportasi umum yang murah dan nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun