Keyakinan ini bisa saya pegang karena saya pernah melihat beberapa video di Tik Tok mengenai keberadaan sebuah dapur rahasia di Pasar Gadang. Dapur ini letaknya tersembunyi di antara lapak pedagang.Â
Mereka yang bisa masuk adalah mereka yang sudah membeli sebuah produk masakan. Nah, di dalam dapur rahasia itu, ada seorang chef yang akan memasak makanan istimewa untuk pembeli. Video ini banyak diunggah oleh Tik Tokers Malang dan mendapatkan atensi yang cukup tinggi.
Dari video tersebut, saya sadar bahwa Pasar Gadang sebenarnya memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan. Banyak orang yang penasaran dengan dapur rahasia tersebut dan akhirnya berkunjung ke Pasar Gadang. Apalagi, jika mereka bisa merasakan masakan khas Malang seperti orem-orem, rujak bakso, dan lain sebagainya, tentu akan menjadi cerita positif tersendiri.
Konektivitas angkutan tak melulu soal transportasi umum. Terminal Hamid Rusdi yang bisa dibilang cukup terbengkalai semestinya dapat dijadikan juga Park and Ride atau tempat parkir mobil dan motor.Â
Jadi, pengunjung dari luar Kota Malang bisa memarkirkan kendaraannya di sana dilanjutkan dengan naik angkutan umum ke Pasar Gadang. Konsep Park and Ride ini sudah diadopsi di beberapa kota untuk menjangkau pemilik kendaraan pribadi yang berniat mengakses angkutan umum dengan lebih mudah.
Tentu, berbagai ide ini akan sulit diwujudkan jika tidak ada kolaborasi dari berbagai pihak. Makanya, penataan Pasar Gadang termasuk angkutan umum di dalamnya adalah urgensi dari pembangunan kota ini.Â
Urgensi untuk mengubah sebuah kekurangan menjadi kelebihan. Kalau penataan ini bisa terwujud, saya yakin perkataan saudara saya memang benar.
Jika kamu ingin melihat wajah Malang, datanglah ke Terminal Gadang. Kamu akan menemukan wajah Malang yang tertata rapi, mengesankan, membuat siapa saja betah dan kangen untuk mengunjunginya.Â
Sayangnya, wajah itu belum terwujud hingga kini. Gadang masih menjadi tempat yang hanya digunakan untuk singgah dan membuat orang ingin segera berlalu darinya.Â