Rute yang dilewati oleh beberapa BRT tersebut juga berada di pedesaan yang masyarakatnya susah dan jarang menggunakan pembayaran nontunai. Untuk kategori ini, empat BRT tersebut adalah yang terbaik.
Mengenai sistem transit tiket, ada dua macam yang digunakan oleh BRT. Pertama, sistem tanpa meninggalkan halte. Penumpang tidak perlu membayar lagi untuk berpindah bus asal tidak meninggalkan halte. Sistem ini diadopsi oleh Trans Semarang dan Trans Jogja.
Kedua, sistem transit yang menggunakan aturan waktu. Penumpang tidak akan dikenakan tarif lagi jika masih dalam rentang waktu tertentu. Sistem ini diadopsi oleh Suroboyo Bus dan BRT yang berada di dalam naungan Teman Bus seperti Trans Banyumas, Trans Semanggi, dan Batik Solo Trans.
Kedua sistem ini memiliki keunggulan masing-masing. Pada sistem pertama, biasanya penumpang harus transit lebih dari sekali yang membutuhkan waktu lama. Waktu yang bukan jadi patokan akan sangat fleksibel. Sementara, sistem kedua biasanya jarang mengharuskan penumpang berpindah lebih dari sekali.
Pelayanan Kondektur dan Sopir
Salah satu parameter yang tak kalah penting dalam menentukan baik buruknya pelayanan BRT adalah kondektur dan sopir. Keduanya memiliki peran penting agar penumpang merasa aman dan nyaman saat menggunakan BRT.
Setiap BRT memiliki SOP masing-masing. Khusus untuk layanan Teman Bus seperti Batik Solo Trans, Trans Semanggi, dan Trans Banyumas, tidak menyediakan layanan kondektur.Â
Sopir juga merangkap beberapa tugas kondektur seperti membantu pembayaran di dalam bus. Hanya pada momen tertentu saja ada kondektur atau petugas di dalam bus.
Di antara berbagai BRT, Trans Jateng bisa dikatakan memiliki kondektur yang cukup bagus. Mereka sangat peduli dan membantu penumpang naik dan turun. Mereka juga tak segan membantu untuk menaikturunkan barang kondektur dan menjadi "jembatan" antara bus dengan halte.Â