Trans Jateng, Trans Semarang, dan Batik Solo Trans adalah BRT yang memiliki waktu tunggu yang bisa dikatakan baik. Ketiga BRT di Jawa Tengah tersebut seakan mengejar waktu tunggu agar penumpang tidak perlu menunggu lama.Â
Walau kadang ada juga beberapa kali insiden atau pengalihan arus yang membuat bus tak kunjung tiba di halte, tetapi secara keseluruhan bisa dikatakan cukup baik. Trans Banyumas juga bisa dikatakan cukup bagus dalam mengelola headway meski jalurnya melewati daerah pegunungan.
Jumlah armada menjadi kunci dalam mengelola headway ini. Makanya, beberapa BRT mulai menambah jumlah armada seperti yang dilakukan Trans Jatim pada koridor 1. Jika biasanya penumpang menunggu hingga 30 menit, kini tak sampai 15 menit bus berikutnya berjalan.
Sayangnya, hal tersebut tidak dilakukan oleh Trans Jogja. BRT kebanggaan masyarakat Jogja ini dikenal memiliki headway yang cukup lama, terutama untuk beberapa rute seperti 7,8, 9, dan 11. Rute tersebut memiliki jumlah armada yang sedikit sehingga waktu tunggu penumpang bisa sampai 1 jam.
Halte Nyaman, Penumpang pun Kerasan
Fasilitas halte juga menjadi kunci baik buruknya layanan BRT. Halte yang baik setidaknya memiliki layanan tempat duduk, atap, peta dan informasi, serta layanan bagi penyandang disabilitas.Â
Halte yang baik juga dilengkapi dengan PTIS (Public Transport Information System). Fasilitas ini merupakan layar penampil posisi bus yang akan tiba. Pada layar PTIS akan muncul informasi estimasi jarak bus dengan halte serta waktu kedatangan bus. Penumpang bisa memperkirakan kapan bus akan tiba dengan mudah.
Batik Solo Trans adalah salah satu BRT yang paling banyak memiliki PTIS, terutama di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Untuk Trans Semarang, PTIS terpasang di beberapa halte transit seperti Simpang Lima dan Balaikota.Â
Halte Trans Jogja juga sudah terpasang PTIS seperti pada halte Bandara Adisutjipto. Terakhir, Trans Jatim juga memasang PTIS pada Halte Transit Poin Terminal Bungurasih.'
Sayangnya, halte-halte Suroboyo Bus dan Trans Semanggi belum terpasang layanan ini. Penumpang harus sering mengecek posisi bus pada aplikasi Gobis. Tentu, kegiatan ini kurang efektif.