Bus berangkat dari Pool DAMRI Malang pukul 7 pagi. Pada hari-H keberangkatan, saya datang setengah jam lebih awal. Rupanya, di sana sudah banyak calon penumpang yang juga ingin ke Pantai Selatan Malang seperti saya. Ada rombongan mahasiswa asal Surabaya yang naik bus habis subuh demi bisa mencoba naik bus ini. Ada pula rombongan keluarga yang juga berniat bertamasaya ke pantai.
Nah, ada satu rombongan yang menurut saya unik. Â Mereka belum membeli tiket tetapi percaya diri bisa naik bus. Mereka menganggap bahwa pembelian tiket bisa dilakukan di dalam bus seperti bus AC Tarif Biasa. Saat mereka tahu bahwa kursi telah penuh, salah seorang dari mereka memaksa untuk tetap ikut naik meski harus berdiri. Mulanya saya ragu apakah mereka diperbolehkan naik tetapi ternyata kondektur bus mempersilakan. Alhasil, mereka pun duduk di bawah dan sebagian berdiri.Â
Saya sendiri duduk sesuai nomor tiket. Untuk ukuran bus sendiri tidak terlalu besar hanya menampung maksimal 30 penumpang. Dengan ditambah penumpang ekstra tadi, bus harus memuat 35 orang. Bus pun melaju menuju ke Terminal Hamid Rusdi.
Terminal ini menjadi pengganti Terminal Arjosari untuk menaikkan penumpang. Di sana, rupanya masih ada beberapa penumpang yang naik. Ternyata, beberapa penumpang yang mulanya duduk ternyata juga membeli tiket dadakan. Mereka pun ikut duduk di bawah. Total, dalam perjalanan kali itu memuat 40an penumpang dari 30 kapasitas tempat duduk.
Namanya perjalanan ke pantai Malang Selatan, tentu jalan berkelok pun harus dilalui bus. Setelah masuk wilayah Sumbermanjing Wetan, bus harus mengikuti lajur jalan yang berliku dengan kemiringan ekstra. Jalur ini memang memiliki tikungan cukup tajam tetapi kondisinya jauh lebih baik daripada jalur Bantur. Di sana, jalanan makadam dan malah membuat sakit perut jika melaluinya.
Nah, saya kira semua penumpang turun di Balaikambang. Rupanya, dugaan saya salah. Ada beberapa penumpang yang turun di daerah Sitiarjo, sebuah desa di Sumbermanjing Wetan. Mereka adalah warga yang bekerja di Malang Kota dan ingin pulang ke rumahnya di akhir pekan.
Saya cukup kaget karena saya kira angkutan ini khusus angkutan wisata. Tidak untuk angkutan umum. Saat didemo dulu, ada kesepakatan bahwa angkutan ini memang dikhususkan bagi pelancong yang niat jalan-jalan ke Pantai Selatan Malang. Mereka juga ditarik dengan tarif yang berbeda. Ada yang 25 ribu sampai 30 ribu. Kalau begini kan sebetulnya melanggar aturan?
Namun, saya tidak mau saklek terhadap hal tersebut. Saya menyadari bahwa daerah Sumawe -- sebutan bagi Sumbermanjing Wetan -- cukup sulit dalam mengakses transportasi umum. Tak ada satu pun angkutan pedesaan yang melewati daerah ini. Kalau ingin bepergian, maka mereka ya harus memiliki kendaraan pribadi.