Dunia informasi digital memang berkembang pesat saat ini.
Jika dulu, blog menjadi salah satu patokan utama orang untuk mencari informasi, maka keadaannya sudah berubah sekarang. Orang-orang mulai meninggalkan blog untuk mendapatkan informasi.Â
Mereka mulai memilih dua platform berbasis video, yakni You Tube dan Tiktok. Bahkan, semakin hari TikTok semakin berkembang dan menjadi sumber informasi utama.
Sebagai konten kreator yang bermula dari blog, tentu saya harus menerima hal tersebut. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, trafik blog saya mengalami penurunan secara sigifikan.Â
Walau sudah menerapkan berbagai teknik SEO dan memasukkan berbagai kata kunci, tetap saja dari informasi statistik yang saya dapat pada Google Analytics, harus diakui blog saya sudah tidak banyak yang membaca.
Padahal, saya selalu menulis berbagai informasi yang sekiranya cukup lengkap dan terbaru. Dua topik utama yang menjadi andalan blog saya adalah rute transportasi umum dan kontes kecantikan.Â
Dua topik ini menjadi andalan saya untuk menjaring pembaca yang berselancar di dunia maya. Nyatanya, jumlah trafik yang masuk pun tidak sebanyak yang saya harapkan.
Kondisi berbeda justru saya alami pada konten You Tube dan TikTok. Konten yang saya buat pada dua platform tersebut ternyata cukup diminati oleh masyarakat.Â
Dibandingkan konten tulisan pada blog, konten video pada dua platform tersebut memiliki jumlah pemirsa yang jauh lebih besar. Bahkan, konten video Tiktok (VT) yang saya unggah bisa mencapai ratusan ribu pemirsa dalam waktu singkat.
Walau terlihat menyenangkan, tetapi ada satu ganjalan dalam diri saya. Gejala ini menandakan bahwa masyarakat kita sudah mulai malas membaca dan menganalisis lebih dalam infromasi yang mereka dapatkan. Mereka hanya ingin informasi yang singkat dan cepat seperti pada VT.
Dalam waktu hanya satu menit atau kurang, pemirsa harus bisa memahami maksud di dalam sebuah informasi yang mereka dapatkan. Satu menit sangat berharga dan menjadi patokan banyak konten kreator untuk memberikan konten sebaik-baiknya.
Tentu, hal tersebut berbeda dengan blog yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mencerna apa yang ada di dalamnya. Paling tidak, sebuah blog atau web membutuhkan minimal 3 menit untuk membaca informasi yang ada. Meski sudah ada infografis yang membantu pembaca, tetap saja pembaca blog membutuhkan waktu yang lebih lama.
Malasnya membaca dan kurangnya memahami informasi malah menjadi bumerang bagi pemirsa dan pembuat konten. Contohnya, beberapa waktu yang lalu saya membuat video di TikTok mengenai cara membeli tiket bus DAMRI seharga 13 ribu rupiah ke pantai melalui aplikasi.
Tentu, dengan judul yang lumayan bombastis dan potongan gambar perjalanan menggunakan bus ke pantai, orang akan mudah tertarik. Mereka sebagian besar langsung berkomentar bagaimana caranya. Padahal, di dalam video sudah saya berikan pembelian melalui aplikasi.Â
Pada kolom komentar, saya juga membuat VT terbaru step by step untuk melakukan hal tersebut. Walau sudah semaksimal mungkin memberikan infromasi sejelas-jelasnya, tetap saja masih ada yang bertanya.
Bahkan, ada pertanyaan dan perdebatan mengenai harga yang berbeda. Memang untuk pembelian langsung pada loket DAMRI harganya sekitar 25 ribu sedangkan jika menggunakan aplikasi hanya 13 ribu. Pertanyaan dan perdebatan yang sesungguhnya tidak perlu jika mereka mau membaca info dengan jelas.
Atas pengalaman itu, saya juga merasa dua platform tersebut kurang bisa memberikan ruang bagi konten kreator untuk memberikan informasi secara jelas. YouTube dengan video panjangnya juga tidak menjamin bisa memberikan ruang bagi konten kreator bisa memberikan informasi yang ingin mereka paparkan.Â
Saya sering terkendala durasi ketika memberi info perpindahan rute transportasi terutama jika video yang saya buat kurang dari 10 menit.
Belum lagi, para pemirsa You Tube sering melakukan skip video. Mereka hanya menonton video saya hanya pada permulaan saja. Fenomena ini tampak dari retensi penonton yang saya dapatkan dari YouTube Analytics.
Untuk itulah, saya masih merasa blog menjadi platform terbaik untuk memberikan informasi dan kreasi. Tidak ada batasan waktu pada blog seperti YouTube dan TikTok. Saya bisa menulis lebih dari 1.000 kata dan memaparkan segala hal yang sudah saya susun sedemikian rupa.Â
Saya tidak perlu risau jika ada info yang akan tertinggal. Kalau ada info yang sekiranya bisa saya sisipkan kembali, maka saya bisa menyunting kapan saja. Kelonggaran ini sangat berbeda dibandingkan YouTube atau Tiktok. Youtube hanya bisa memotong video sedangkan Tiktok hanya bisa menyunting deskripsi dan tampilan judul video.
Dengan keleluasaan blog, saya juga bisa menghindari mispersepsi informasi yang saya berikan. Kadang, memberikan info sepotong pada Tiktok atau Youtube bisa membahayakan terutama jika informasi tersebut cukup riskan terutama seputar kesehatan.Â
Bagaimanapun, blog masih tetap menjadi andalan saya. Saya tetap menulis blog dengan menyertakan video Tiktok atau YouTube sebagai pendukung. Dalam video YouTube yang saya unggah, kadang saya menyertakan link artikel blog agar pemirsa bisa medapat info dengan lebih jelas.
Di hari blogger nasional ini, saya hanya ingin menyampaikan kepada para blogger untuk tetap konsisten menulis blog. Bolehlah kita menggunakan dua platform lain mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi jangan sampai kita meninggalkan blog seperti sarang laba-laba. Percayalah, blog masih menjadi sebuah kebanggaan bagi seorang blogger yang keberadaannya tak akan lekang oleh zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H