Dibandingkan konten tulisan pada blog, konten video pada dua platform tersebut memiliki jumlah pemirsa yang jauh lebih besar. Bahkan, konten video Tiktok (VT) yang saya unggah bisa mencapai ratusan ribu pemirsa dalam waktu singkat.
Walau terlihat menyenangkan, tetapi ada satu ganjalan dalam diri saya. Gejala ini menandakan bahwa masyarakat kita sudah mulai malas membaca dan menganalisis lebih dalam infromasi yang mereka dapatkan. Mereka hanya ingin informasi yang singkat dan cepat seperti pada VT.
Dalam waktu hanya satu menit atau kurang, pemirsa harus bisa memahami maksud di dalam sebuah informasi yang mereka dapatkan. Satu menit sangat berharga dan menjadi patokan banyak konten kreator untuk memberikan konten sebaik-baiknya.
Tentu, hal tersebut berbeda dengan blog yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mencerna apa yang ada di dalamnya. Paling tidak, sebuah blog atau web membutuhkan minimal 3 menit untuk membaca informasi yang ada. Meski sudah ada infografis yang membantu pembaca, tetap saja pembaca blog membutuhkan waktu yang lebih lama.
Malasnya membaca dan kurangnya memahami informasi malah menjadi bumerang bagi pemirsa dan pembuat konten. Contohnya, beberapa waktu yang lalu saya membuat video di TikTok mengenai cara membeli tiket bus DAMRI seharga 13 ribu rupiah ke pantai melalui aplikasi.
Tentu, dengan judul yang lumayan bombastis dan potongan gambar perjalanan menggunakan bus ke pantai, orang akan mudah tertarik. Mereka sebagian besar langsung berkomentar bagaimana caranya. Padahal, di dalam video sudah saya berikan pembelian melalui aplikasi.Â
Pada kolom komentar, saya juga membuat VT terbaru step by step untuk melakukan hal tersebut. Walau sudah semaksimal mungkin memberikan infromasi sejelas-jelasnya, tetap saja masih ada yang bertanya.
Bahkan, ada pertanyaan dan perdebatan mengenai harga yang berbeda. Memang untuk pembelian langsung pada loket DAMRI harganya sekitar 25 ribu sedangkan jika menggunakan aplikasi hanya 13 ribu. Pertanyaan dan perdebatan yang sesungguhnya tidak perlu jika mereka mau membaca info dengan jelas.
Atas pengalaman itu, saya juga merasa dua platform tersebut kurang bisa memberikan ruang bagi konten kreator untuk memberikan informasi secara jelas. YouTube dengan video panjangnya juga tidak menjamin bisa memberikan ruang bagi konten kreator bisa memberikan informasi yang ingin mereka paparkan.Â
Saya sering terkendala durasi ketika memberi info perpindahan rute transportasi terutama jika video yang saya buat kurang dari 10 menit.