Masalah informasi rambu dan petunjuk memang sangat krusial. Makanya, sebelum diluncurkan, paling tidak pihak Dishub Jawa Timur sudah siap dengan segalanya.
Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk naik. Tak hanya anak sekolah dan orang tuanya, banyak lansia, remaja, dan berbagai kalangan ingin merasakan naik bus Trans Jatim koridor 3 ini secara gratis. Maklum, pihak Dishub Jatim masih menggratiskan tiket sampai 23 Oktober 2023.
Euforia yang tinggi ini juga saya rasakan saat Trans Jatim koridor 2 meluncur beberapa bulan lalu. Bahkan, saat itu banyak calon penumpang yang tertolak masuk bus akibat sudah penuh. Kini, saya bisa duduk dengan lega saat naik Trans Jatim Koridor 2.
Entah bagaimana nanti jika sudah tak gratis lagi, tetapi yang jelas saat ini rasa ketertarikan masyarakat terhadap angkutan umum semacam ini sangat tinggi. Rasa ketertarikan itu akan menjadi sebuah pergeseran perilaku dalam menggunakan transportasi umum. Mereka kini mulai harus bisa tertib menaaati aturan, mengecek lokasi bus di aplikasi, membayar secara nontunai, bertoleransi dengan penumpang lain, dan  bisa memprediksi waktu perjalanan mereka.
Pergeseran pola perilaku ini memang sulit mengingat warga Mojokerto masih belum terbiasa menggunakan angkutan umum seperti Trans Jatim ini. Salah seorang bapak paruh baya mengatakan bahwa ia ingin melihat apa perbedaan naik bus Trans Jatim dengan naik bus biasa.
Ia yang membawa serta seorang cucu bahkan rela jauh datang dari Ngoro Mojokerto untuk menjajal bus ini. Dari rumahnya, ia harus naik bus bumel berwarna kuning yang gemar ngetem lama dari arah Pasuruan. Makanya, pengalaman naik bus Trans Jatim ini menjadi pengalaman yang mungkin akan sangat berharga bagi dirinya dan cucunya.
Saya masih terus berbincang dengan kakek itu hingga ada bus bergambar Suhita mulai mendekat ke halte. Walau dengan susah payah, akhirnya saya bisa masuk bus. Tentu, saya harus berdiri karena bangku sudah penuh. Bus masih menunggu jadwal berangkat beberapa menit kemudian. Dari dalam bus, saya masih bisa melihat gelombang calon penumpang yang datang. Dalam hati saya mengucap syukur sudah bisa naik bus. Apa kabar orang-orang itu?
Baru beberapa saat bus berjalan keluar dari Terminal Kertajaya, bus ternyata berhenti di sebuah SPBU. Di sini, sopir mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Tentu, AC bus dimatikan dengan kondisi penumpang yang penuh. Beberapa penumpang mulai misuh-misuh karena udara panas yang luar biasa tetapi ya bagaimana lagi. Pola operasi yang membawa penumpang turut serta dalam pengisian bahan bakar seperti ini sudah seharusnya ditinjau ulang.