Kedisiplinan yang dilakukan oleh mereka setidaknya menjadi fondasi yang kuat dan baik untuk menarik masyarakat Surabaya menggunakan feeder. Meski tentu, dengan kemacetan Surabaya yang luar biasa yang menyebabkan keterlambatan feeder sampai di halte tujuan, usaha tersebut layak diapresiasi.
Ketiga, pelayanan yang maksimal dari kondektur terhadap penumpang menjadi daya tarik tersendiri. Bukannya membandingkan lagi, saya melihat kondektur feeder sangat ramah ketika ada penumpang yang naik. Mereka menyambut dengan senyuman ramah, menanyakan tujuan, dan mempersilakan masuk dengan baik.
Tak jarang, mereka memberikan banyak infrormasi mengenai rute dan operasional feeder dengan jelas. Mulai dari pada halte mana penumpang bisa transit, infromasi cara pembayaran, dan beberapa info lain yang dibutuhkan penumpang.
Mereka juga mau menjawab saat ditanya perbedaan saat bekerja pada feeder dibandingkan narik angkot. Lantaran, beberapa sopir dan kondektur feeder adalah sopir angkot/bemo/lyn konvensional.Â
Mendengar cerita mereka, tentu ada rasa bahagia pula sebagai penumpang karena kemudahan yang didapatkan penumpang sebanding dengan apa yang mereka dapatkan.
Keempat, berbeda dengan bus yang memiliki ruang lebih luas, feeder memiliki ruang lebih sempit. Sempitnya ruang ini menyebabkan interaksi antara sopir, kondektur, dan penumpang menjadi lebih erat dan akrab.
Jika pada Suroboyo Bus atau Trans Semanggi penumpang sibuk dengan gawai atau kegiatannya masing-masing, maka saat naik feeder, pengamalan Pancasila seakan bisa diterapkan.Â
Ada rasa kebersamaan yang kuat tatkala ada pembicaraan yang dibahas. Tak jarang, saking akrabnya ada beberapa kondektur yang sudah mengenali penumpang. Ia sudah hafal naik dari mana dan akan turun di mana.
Keasyikan seperti ini sebenarnya bisa menjadi daya tarik tersendiri. Di tengah gempuran kemajuan Kota Surabaya dengan nilai-nilai global seperti individualistik, adanya feeder menjadi warna baru untuk saling merasa sama-sama menggunakan fasilitas publik.
Kelima, masyarakat Surabaya yang sudah lama akrab dengan angkot/bemo/lyn seakan lebih dekat dan mudah untuk naik feeder. Beberapa penumpang yang naik bersama saya memberi testimoni kepada kondektur sata berbicang bahwa rasanya ya seperti naik bemo hanya lebih enak karena tidak kepanasan. Mereka juga merasa sudah seharusnya semua angkot di Surabaya diganti dengan armada seperti feeder ini.