Semisal, pada koridor Semarang-Kendal, rute akan diubah melewati Kawasan Industri Kendal pada jam sibuk. Saat pekerja pergi dan pulang kerja. Rute kembali diubah saat hari Sabtu dan Minggu. Jika bus biasanya tidak berhenti di sebuah kebun binatang di Semarang, maka pada hari libur tersebut bus-bus Trans Jateng berhenti di halte khusus.
Perubahan rute ini bertujuan agar masyarakat yang menuju ke tempat tertentu bisa terlayani sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Jika jam kerja maka akan melewati kawasan pabrik sedangkan saat hari libur akan melewati kawasan wisata.
Meski secara umum bisa dikatakan memiliki kelebihan, tetapi ternyata dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), ada beberapa parameter yang harus diperbaiki oleh Trans Jateng. Studi tersebut meneliti berbagai parameter pada perjalanan Trans Jateng rute Semarang-Kendal.
Pertama, mengenai waktu tunggu dan waktu antara (headway)
Bagi saya dan beberapa penumpang lain, waktu antara (headway) bus Trans Jateng cukup bagus. Dari studi yang dilakukan, waktu antara terlama Trans Jateng adalah 15,32 menit.Â
Waktu ini terjadi saat waktu non puncak sekitar siang hari. Biasanya, interval bus yang berangkat lebih lama dibandingkan saat siang hari. Akibatnya, waktu rentang antar bus juga cukup lama.
Selain itu, pada rute ini juga terdapat perlintasan sebidang di sekitar Stasiun Kaliwungu, Kendal. Pada suatu perjalanan yang pernah saya lakukan, bus berhenti cukup lama akibat pembangunan jalur double track di sekitar perlintasan sebidang tersebut.Â
Alhasil, waktu bus tiba pada halte berikutnya menjadi molor. Meski demikian, dari studi tersebut didapatkan waktu tunggu penumpang masih tergolong singkat yakni antara 6-7 menit.