Pengoperasian bus Trans Jatim di Terminal Porong rupanya juga membawa berkah bagi masyarakat sekitar. Warung makan dan minum mulai buka.Â
Beberapa warung tampak dicat dan ditata ulang oleh pemiliknya. Ada juga yang memasang spanduk berisi menu yang akan mereka jual. Pun demikian dengan para pedagang makanan lain seperti cilok, tela-tela, tempura, minuman kemasan, dan lainnya.
Mereka mulai kebagian rezeki atas pengoperasian bus Trans Jatim ini karena para penumpang, baik dari Gresik dan Surabaya mulai lapar setelah menempuh perjalanan jauh. Salah satu yang menjadi favorit adalah pedagang bakso. Para penumpang cukup banyak yang membeli dan memakannya sambal lesehan.Â
Sedikit demi sedikit, adanya transportasi umum ini membuka jalan peluang ekonomi bagi daerah Porong yang mati suri akibat dihantam luapan Lumpur Panas Lapindo.
Satu hal yang cukup mengganjal adalah tidak adanya halte yang dekat dengan wisata Lumpur Lapindo. Memang ada sebuah halte bernama halte Gedang tetapi lokasinya masih jauh dari pintu masuk wisata tersebut. Padahal, bus dari arah Gresik melewati lokasi wisata ini sebelum berbelok ke Jalan Arteri Porong. Semoga saja, selain evaluasi agar bisa lewat Gedangan, bus Trans Jatim juga berhenti di wisata Lumpur Lapindo. Masyarakat yang tertarik untuk berwisata ke sana bisa lebih mudah.
Memulai sesuatu hal baik memang susah terlebih jika banyak kendala yang terjadi. Namun, jika tak segera memulai, niscaya kesulitan itu akan jauh lebih sulit lagi. Walau belum sebulan berjalan dan evaluasi belum bisa dilakukan, tetapi saya yakin Trans Jatim akan semakin diminati.Â
Semoga koridor 2Â (Surabaya-Mojokerto), koridor 3 (Mojokerto-Pasuruan), dan koridor 4 (Malang Raya) segera dibuka. Demikian pula wilayah di Jawa Timur lainnya karena Jatim tidak hanya seputaran Surabaya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H