Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kampanye Naik BRT dan Reduksi Tas Plastik di Lingkungan, Langkah Terdekat Mudah Mewujudkan Net-Zero Emissions Lebih Cepat

12 Oktober 2021   08:00 Diperbarui: 12 Oktober 2021   09:02 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto di depan BRT, Kampanye Sederhana Naik BRT. - Dokumen Pribadi

Beberapa waktu terakhir, emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Menurut laporan dari Direktorat Jendral Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementrian Lingkungan Hidup, pada 2018 emisi GRK Indonesia sebesar 1.637.156 Gg CO2e atau meningkat sebesar 450.928 Gg CO2e jika dibandingkan pada tahun 2000. Kenaikan emisi GRK tersebut disumbang oleh berbagai aktivitas manusia antara lain energi, proses industri dan penggunaan produk, pertanian, kehutanan dan kebakaran gambut, serta dari aktivitas limbah. 

Diantara berbagai sektor tersebut, kebakaran lahan gambut memang menyumbang emisi GRK dengan jumlah paling banyak. Kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia pada beberapa tahun belakangan cukup parah sehingga menyebabkan emisi GRK menjadi naik signifikan. Akan tetapi, ada dua sektor lain yang juga turut menyumbang emisi GRK yakni sektor energi yang berasal dari transportasi dan sektor penggunaan produk seperti plastik.

Jika sektor lain cukup sulit untuk dikurangi, maka tidak demikian dengan dua sektor tersebut. Keduanya berhubungan erat dengan aktivitas kita sehari-hari. Ketika emisi GRK dari kegiatan pada dua sektor tersebut bisa kita kurangi, maka dampaknya akan bisa kita rasakan. Proses pemanasan global yang disebabkan oleh menumpuknya GRK pada lapisan atmosfer bisa kita minimalisasi. Kenaikan permukaan air laut yang mengancam wilayah pesisir Indonesia bisa kita cegah.

Konsep Net-Zero Emissions (NZE)

Di samping itu, pada tahun 2060 Indonesia telah menargetkan untuk mencapai Net-Zero Emissions (NZE). Konsep NZE ini tidak berarti kita tidak melepaskan emisi karbon sama sekali. Aktivitas yang kita lakukan tak akan  bisa lepas dari aktivitas pengeluaran emisi karbon. Konsep ini memiliki tujuan agar emisi karbon dioksida yang merupakan salah satu GRK sepenuhnya diserap oleh bumi melalui berbagai kegiatan manusia dan bantuan teknologi. Jadi, meskipun kita telah menghasilkan karbon dari berbagai aktivitas sehari-hari, tetapi jumlahnya akan tetap stabil dan tidak mengganggu keseimbangan gas di atmosfer.

Konsep NZE, emisi dan reduksi karbon dioksida dalam jumlah seimbang. - Sumber: lmwindpower
Konsep NZE, emisi dan reduksi karbon dioksida dalam jumlah seimbang. - Sumber: lmwindpower

Sektor transportasi merupakan salah satu subkategori yang menyumbang GRK dengan jumlah cukup besar. Pola pikir sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih gemar menggunakan transportasi pribadi menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat emisi karbon pada bidang transportasi. Untuk itulah, usaha mengurangi karbon pada bidang transportasi adalah salah satu langkah penting dalam mewujudkan Net-Zero Emissions (NZE).

Penggunaan BRT untuk Efisiensi Energi

Sementara ini, beralih ke transportasi umum adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengurangi emisi karbon sehingga tercapai Net-Zero Emissions (NZE). Sebenarnya, pemerintah pusat dan daerah sudah melakukan berbagai terobosan agar masyarakat mau beralih menggunakan transportasi umum. Layanan Bus Rapit Transit (BRT) adalah langkah konkret yang sudah berjalan dan perlu sekali dukungan dari masyarakat.

Sayangnya, penggunaan BRT di kota-kota yang sudah memiliki layanan tersebut masih belum berdampak banyak dan diterima masyarakat luas. Untuk itulah, semangat dan kepedulian untuk mau menggunakan BRT sudah seharusnya dikampanyekan sejak sekarang mulai lingkup terdekat.

Melihat kenyataan itu, saya mencoba memulai untuk menjajal BRT di berbagai kota ketika sedang bepergian. Meskipun mulanya ada pikiran bahwa naik BRT membutuhkan waktu lama, tetapi saya mengurai beberapa manfaat besar saat saya menaikinya. Salah satunya adalah kemudahan dan kenyamanan yang saya dapat. Dengan naik BRT, saya bisa meminimalisasi paparan polusi yang saya terima kala naik sepeda motor.


Dalam kaitannya dengan konsep Net-Zero Emissions (NZE), menaiki BRT juga berdampak pada pengurangan emisi karbon dioksida yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil. Jika satu unit BRT mampu mengangkut hingga 30-40 orang, maka emisi karbon dioksida yang dihasilkan akan bisa ditekan. Penurunan intensitas energi pun bisa dicapai.

Sudah cukup banyak BRT yang kini beralih menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) dari Bahan Bakar Minyak (BBM). Penggunaan BBG sebagai sumber energi akan mengurangi emisi gas karbon dioksida. Pun demikian dengan emisi timah (Pb) yang kerap digunakan sebagai zat anti ketukan pada mesin.

Beberapa hidrokarbon yang menyebabkan terjadinya asap kabut akibat terdispersinya molekul hidrokarbon tersebut dalam fasa gas juga berkurang. Kabut yang mengganggu pemandangan pun tak akan terbentuk.  Dari sisi ekonomi, harga BBG juga jauh lebih murah dibandingkan BBM. Dengan menaiki BRT, maka biaya operasional juga bisa ditekan. Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dari penggunaan BBG juga bisa diimplementasikan.

Operator BRT juga mulai menggalakkan pembayaran nontunai yang menggeser pembayaran tunai. Melakukan pembayaran nontunai dapat mengurangi penggunaan uang kertas yang berasal dari aktivitas penebangan pohon. Semakin banyak pembayaran nontunai yang dilakukan, maka turut berdampak pada usaha mengurangi deforestasi pembuatan uang kertas. Aktivitas penyerapan karbon dari hutan tak akan terganggu.

Pembayaran tiket BRT dengan nontunai untuk mengurangi deforestasi. - Dokumen Pribadi
Pembayaran tiket BRT dengan nontunai untuk mengurangi deforestasi. - Dokumen Pribadi

Kampanye Penggunaan BRT, Sulit tapi Tak Mustahil Dicoba

Usaha untuk menjajal BRT memang cukup mudah dilakukan. Usaha yang cukup sulit justru pada upaya mengkampanyekan penggunaan BRT kepada orang sekitar. Maklum saja, kebanyakan masyarakat terutama orang terdekat kita masih enggan naik kendaraan umum karena dianggap sulit, lama, dan pastinya tidak efektif. Untuk melakukan kampanye penggunaan BRT, maka cara yang bisa ditempuh adalah dengan membuat konten mengenai pengalaman dan tata cara penggunaan BRT.

Konten bisa dibuat dalam berbagai platform, seperti blog, YouTube atau yang paling sederhana melalui status WA dan Insta Story/Reels. Sasaran dari konten ini lebih diutamakan pada orang sekitar yang kerap memerhatikan kegiatan kita melalui media sosial. Konten ini tidak sekadar konten melainkan paparan apa saja yang bisa kita dapat jika menggunakan BRT. Beberapa parameter yang bisa dipaparkan adalah cara menaiki BRT, cara pembayaran, kondisi perjalanan dalam BRT, dan tentunya dampak yang bisa kita rasakan terkait Net-Zero Emissions (NZE) di sekitar kita.

Kampanye naik BRT penting dilakukan agar lebih banyak orang tertarik menaikinya. - Dokumen Pribadi
Kampanye naik BRT penting dilakukan agar lebih banyak orang tertarik menaikinya. - Dokumen Pribadi

Meskipun susah, dengan konsep sederhana  pembuatan konten mengenai BRT ini akan banyak orang sekitar yang tertarik untuk menggunakan BRT. Mereka akan turut serta mengurangi emisi karbon dioksida. Terlebih, saat ini kondisi udara di beberapa kota semakin tidak sehat sehingga membuat masyarakat yang melihat konten mengenai penggunaan BRT mulai tertarik menjajalnya. Beberapa slogan yang relevan disertai tagline unik bisa menjadi jurus jitu untuk melakukan kampanye ini.

Untuk meyakinkan masyarakat terutama orang terdekat yang ingin naik BRT, jika ada pertanyaan seputar penggunaan BRT, maka kita bisa menjawabnya dengan tepat. Tidak dipungkiri, dengan kemajuan teknologi, masyarakat akan mencari tahu bagaimana mereka bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain lain dengan mudah, murah, dan nyaman. Apabila kita kesulitan untuk menjawab, maka kita bisa meminta bantuan kepada operator BRT atau mengarahkan mereka menanyakan langsung. 

Sebagai bentuk dukungan bagi orang yang terdekat yang sudah menggunakan BRT, kita bisa memberi mereka apresiasi dengan menayangkan konten mereka. Dengan begitu, semangat mereka dalam menaiki transportasi umum akan semakin menyala dan akan menginisiasi orang lain di sekitar mereka untuk melakukan hal yang sama.

Bayar Tiket BRT dengan Sampah Plastik

Beberapa BRT saat ini menggunakan sampah plastik sebagai alat pembayaran tiket perjalanan. Beberapa diantaranya adalah Suroboyo Bus dan Trans Semarang. Penggunaan sampah plastik sebagai alat pembayaran ini juga bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan Net-Zero Emissions (NZE) di negara kita.

Sampah plastik yang dihasilkan jumlahnya tidak main-main. Setiap tahunnya, hampir sebanyak 4,8 juta ton sampah plastik di Indonesia tidak dikelola dengan baik. Menurut beberapa penelitian, sampah plastik yang terkena cahaya matahari akan menghasilkan gas metana dan etilena. Dua gas ini merupakan senyawa hidrokarbon yang turut menyebabkan pemanasan global. Walau kontribusi dari pelepasan gas-gas tersebut tidak terlalu banyak dibandingkan keseluruhan emisi GRK, tetapi jika jumlahnya tidak dikontrol, maka semakin lama akan semakin menumpuk.

Untuk itulah, menggunakan BRT dan membayar tiketnya dengan sampah plastik adalah salah satu solusi jitu dalam upaya mencapai Net-Zero Emissions (NZE). Dari pemikiran dan sederhana ini, kebijakan pembangunan rendah karbon pun bisa diterapkan.

Kampanye Belanja Asyik Tanpa Tas Plastik

Dalam kaitannya dengan sampah plastik dan sektor penggunaan produk, upaya untuk mewujudkan Net-Zero Emissions (NZE) akan semakin paripurna jika dibarengi dengan pengurangan tas plastik (kresek) pada berbagai aktivitas seperti berbelanja. Berbagai gerai dan supermarket sebenarnya sudah cukup apik dalam mengkampanyekan penggunaan kantong belanja yang bisa digunakan lebih dari sekali. Sayang, setali tiga uang dengan kampanye menaiki kendaraan umum, usaha ini masih belum menggembirakan. Masih banyak masyarakat yang masih setia pada tas plastik sekali pakai walau mereka telah dikenakan biaya tambahan.

Dokpri
Dokpri

Padahal, penggunaan tas belanja yang lebih ramah lingkungan bisa jauh menguntungkan. Selain menghemat biaya, penggunaan tas belanja juga mempermudah konsumen dalam membawa barang belanjaan. Tas plastik saat ini mudah sekali koyak. Ketika berbelanja dengan jumlah cukup banyak, konsumen harus menggunakan lebih dari 1 tas plastik.  Tidak demikian halnya dengan tas belanja memerlukan 1 buah saja.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Sama dengan kampanye menggunakan BRT, maka kampanye penggunaan tas belanja ini juga perlu dilakukan mulai sekarang. Kita bisa mulai memajang Instastory saat berbelanja atau mengunggahnya melalui WAG terdekat. Kampanye juga bisa dilakukan dengan membuat tas belanja dari kain atau bahan lain yang unik dan elegan. Tentu, cara ini akan bisa menarik orang sekitar yang masih menggunakan tas plastik.

Dokpri
Dokpri

Dua kegiatan tersebut bermuara pada pada upaya kebijakan rendah karbon pada sektor penurunan intensitas energi. Apabila kegiatan-kegiatan sederhana tersebut sukses, maka mitigasi terhadap bencana yang timbul akibat emisi karbon dioksida bisa dicegah. Pengeluaran masyarakat bisa ditekan sehingga mereka dapat mengalihkannya kepada kebutuhan lain. Manfaat dari sisi lingkungan dan dari sisi ekonomi bisa dicapai. Net-Zero Emissions (NZE) akan bisa diwujudkan lebih cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun