Meskipun susah, dengan konsep sederhana  pembuatan konten mengenai BRT ini akan banyak orang sekitar yang tertarik untuk menggunakan BRT. Mereka akan turut serta mengurangi emisi karbon dioksida. Terlebih, saat ini kondisi udara di beberapa kota semakin tidak sehat sehingga membuat masyarakat yang melihat konten mengenai penggunaan BRT mulai tertarik menjajalnya. Beberapa slogan yang relevan disertai tagline unik bisa menjadi jurus jitu untuk melakukan kampanye ini.
Untuk meyakinkan masyarakat terutama orang terdekat yang ingin naik BRT, jika ada pertanyaan seputar penggunaan BRT, maka kita bisa menjawabnya dengan tepat. Tidak dipungkiri, dengan kemajuan teknologi, masyarakat akan mencari tahu bagaimana mereka bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain lain dengan mudah, murah, dan nyaman. Apabila kita kesulitan untuk menjawab, maka kita bisa meminta bantuan kepada operator BRT atau mengarahkan mereka menanyakan langsung.Â
Sebagai bentuk dukungan bagi orang yang terdekat yang sudah menggunakan BRT, kita bisa memberi mereka apresiasi dengan menayangkan konten mereka. Dengan begitu, semangat mereka dalam menaiki transportasi umum akan semakin menyala dan akan menginisiasi orang lain di sekitar mereka untuk melakukan hal yang sama.
Bayar Tiket BRT dengan Sampah Plastik
Beberapa BRT saat ini menggunakan sampah plastik sebagai alat pembayaran tiket perjalanan. Beberapa diantaranya adalah Suroboyo Bus dan Trans Semarang. Penggunaan sampah plastik sebagai alat pembayaran ini juga bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan Net-Zero Emissions (NZE) di negara kita.
Sampah plastik yang dihasilkan jumlahnya tidak main-main. Setiap tahunnya, hampir sebanyak 4,8 juta ton sampah plastik di Indonesia tidak dikelola dengan baik. Menurut beberapa penelitian, sampah plastik yang terkena cahaya matahari akan menghasilkan gas metana dan etilena. Dua gas ini merupakan senyawa hidrokarbon yang turut menyebabkan pemanasan global. Walau kontribusi dari pelepasan gas-gas tersebut tidak terlalu banyak dibandingkan keseluruhan emisi GRK, tetapi jika jumlahnya tidak dikontrol, maka semakin lama akan semakin menumpuk.
Untuk itulah, menggunakan BRT dan membayar tiketnya dengan sampah plastik adalah salah satu solusi jitu dalam upaya mencapai Net-Zero Emissions (NZE). Dari pemikiran dan sederhana ini, kebijakan pembangunan rendah karbon pun bisa diterapkan.
Kampanye Belanja Asyik Tanpa Tas Plastik
Dalam kaitannya dengan sampah plastik dan sektor penggunaan produk, upaya untuk mewujudkan Net-Zero Emissions (NZE) akan semakin paripurna jika dibarengi dengan pengurangan tas plastik (kresek) pada berbagai aktivitas seperti berbelanja. Berbagai gerai dan supermarket sebenarnya sudah cukup apik dalam mengkampanyekan penggunaan kantong belanja yang bisa digunakan lebih dari sekali. Sayang, setali tiga uang dengan kampanye menaiki kendaraan umum, usaha ini masih belum menggembirakan. Masih banyak masyarakat yang masih setia pada tas plastik sekali pakai walau mereka telah dikenakan biaya tambahan.
Padahal, penggunaan tas belanja yang lebih ramah lingkungan bisa jauh menguntungkan. Selain menghemat biaya, penggunaan tas belanja juga mempermudah konsumen dalam membawa barang belanjaan. Tas plastik saat ini mudah sekali koyak. Ketika berbelanja dengan jumlah cukup banyak, konsumen harus menggunakan lebih dari 1 tas plastik. Â Tidak demikian halnya dengan tas belanja memerlukan 1 buah saja.