Sayangnya, penggunaan BRT di kota-kota yang sudah memiliki layanan tersebut masih belum berdampak banyak dan diterima masyarakat luas. Untuk itulah, semangat dan kepedulian untuk mau menggunakan BRT sudah seharusnya dikampanyekan sejak sekarang mulai lingkup terdekat.
Melihat kenyataan itu, saya mencoba memulai untuk menjajal BRT di berbagai kota ketika sedang bepergian. Meskipun mulanya ada pikiran bahwa naik BRT membutuhkan waktu lama, tetapi saya mengurai beberapa manfaat besar saat saya menaikinya. Salah satunya adalah kemudahan dan kenyamanan yang saya dapat. Dengan naik BRT, saya bisa meminimalisasi paparan polusi yang saya terima kala naik sepeda motor.
Dalam kaitannya dengan konsep Net-Zero Emissions (NZE), menaiki BRT juga berdampak pada pengurangan emisi karbon dioksida yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil. Jika satu unit BRT mampu mengangkut hingga 30-40 orang, maka emisi karbon dioksida yang dihasilkan akan bisa ditekan. Penurunan intensitas energi pun bisa dicapai.
Sudah cukup banyak BRT yang kini beralih menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) dari Bahan Bakar Minyak (BBM). Penggunaan BBG sebagai sumber energi akan mengurangi emisi gas karbon dioksida. Pun demikian dengan emisi timah (Pb) yang kerap digunakan sebagai zat anti ketukan pada mesin.
Beberapa hidrokarbon yang menyebabkan terjadinya asap kabut akibat terdispersinya molekul hidrokarbon tersebut dalam fasa gas juga berkurang. Kabut yang mengganggu pemandangan pun tak akan terbentuk. Â Dari sisi ekonomi, harga BBG juga jauh lebih murah dibandingkan BBM. Dengan menaiki BRT, maka biaya operasional juga bisa ditekan. Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dari penggunaan BBG juga bisa diimplementasikan.
Operator BRT juga mulai menggalakkan pembayaran nontunai yang menggeser pembayaran tunai. Melakukan pembayaran nontunai dapat mengurangi penggunaan uang kertas yang berasal dari aktivitas penebangan pohon. Semakin banyak pembayaran nontunai yang dilakukan, maka turut berdampak pada usaha mengurangi deforestasi pembuatan uang kertas. Aktivitas penyerapan karbon dari hutan tak akan terganggu.
Kampanye Penggunaan BRT, Sulit tapi Tak Mustahil Dicoba
Usaha untuk menjajal BRT memang cukup mudah dilakukan. Usaha yang cukup sulit justru pada upaya mengkampanyekan penggunaan BRT kepada orang sekitar. Maklum saja, kebanyakan masyarakat terutama orang terdekat kita masih enggan naik kendaraan umum karena dianggap sulit, lama, dan pastinya tidak efektif. Untuk melakukan kampanye penggunaan BRT, maka cara yang bisa ditempuh adalah dengan membuat konten mengenai pengalaman dan tata cara penggunaan BRT.
Konten bisa dibuat dalam berbagai platform, seperti blog, YouTube atau yang paling sederhana melalui status WA dan Insta Story/Reels. Sasaran dari konten ini lebih diutamakan pada orang sekitar yang kerap memerhatikan kegiatan kita melalui media sosial. Konten ini tidak sekadar konten melainkan paparan apa saja yang bisa kita dapat jika menggunakan BRT. Beberapa parameter yang bisa dipaparkan adalah cara menaiki BRT, cara pembayaran, kondisi perjalanan dalam BRT, dan tentunya dampak yang bisa kita rasakan terkait Net-Zero Emissions (NZE) di sekitar kita.