Tak hanya itu, beberapa kafe dan toko cindera mata juga tampak berjajar rapi meski saat ini mereka juga tak banyak pembeli.
Maklum, sehabis berkeliling tadi saya mulai haus dan meneguk air putih sebentar. Tiket masuk dari Candi Mendut pun saya berikan sehingga saya langsung diperbolehkan masuk.
Tak banyak kegiatan yang saya lakukan di candi ini karena dilarang untuk naik. Saya hanya memotret candi dari balik pohon yang kerap menjadi favorit saya.Â
Kegemaran saya memang mengumpulkan foto candi yang saya ambil dari balik pohon. Entah, saya merasa keanggunan bangunan candi tersebut akan semakin paripurna jika sedikit tertutup dahan dan daun pohon yang rimbun, eksotik dan menawan.
Penggambaran ini dimaknai dengan adanya seorang raja diyakini telah mencapai tingkatan sosok yang mendedikasikan diri demi alam semesta tersebut. Melihat keunikannya ini, saya mengandaikan jika bisa datang bersama siswa saya.Â
Tentu, saya bisa bercerita bahwa arsitektur candi tidak harus strict bercorak Hindu atau Buddha tetapi bisa gabungan dari keduanya. Candi ini adalah contohnya yang juga melambangkan kerukunan antar umat beragama.
Saya yakin mereka menyewa delman tersebut dari kompleks Candi Borobudur. Mereka bertanya apa yang menarik dari sebuah candi yang kecil.Â
Mereka hanya memotret sebentar dan bilang "oh"Â ketika sang kusir menjelaskan. Tanpa ada ketertarikan untuk turun dan menjejakinya sebentar.