Beberapa hari selepas larangan mudik dicabut, PT KAI meresmikan bangunan baru Stasiun Malang.
Bangunan ini terletak di sisi timur stasiun lama atau berada di Jalan Panglima Sudirman. Banyak orang menyebutnya sebagai Stasiun Malang Kotabaru Revisi Fix Siap Print saking bingungnya memberi nama. Namun, nama resminya adalah pintu timur Stasiun Malang.
 Sebelumnya, tempat tersebut lahan kosong yang wingit dan penuh semak belukar. Kini, setelah dibangun dengan bangunan baru, maka bisa digunakan untuk kegiatan keberangkatan penumpang jarak jauh. Sedangkan, untuk keberangkatan kereta api lokal masih menggunakan bangunan stasiun lama yang berada dekat dengan Balaikota Malang.
Nah berhubung digunakan sebagai keberangkatan penumpang, maka pada bagian bangunan baru ini juga digunakan untuk aktivitas tes covid-19. Tempat tes ini berada di sisi selatan bangunan baru yang dekat dengan pintu masuk kendaraan bermotor.
Sama dengan stasiun lain yang melayani tes covid, Stasiun Malang juga melayani 2 macam tes. Kedua tes tersebut adalah tes antigen dan tes Genose. Harga yang dipatok pun sama dengan stasiun lain, yakni 85 ribu rupiah untuk tes antigen dan 30 ribu rupiah untuk tes Genose. Syarat untuk bisa melakukan tes tersebut adalah menunjukkan tiket keberangkatan kereta yang sudah terbayarkan. Masa berlaku kedua tes tersebut adalah 1 x 24 jam dari waktu keberangkatan.
Setelah menunjukkan tiket yang sudah terbayarkan, maka kita akan ditanya akan melakukan tes apa. Tentu, dengan harga yang lebih murah, saya memilih tes Genose-19. Sebenarnya, jika saya memilih tes antigen, maka saya akan lebih cepat untuk mendapatkan hasilnya karena sebagian besar penumpang memilih melakukan tes Genose. Tak apalah waktu saya juga banyak dan saya masih trauma digorok-gorok hidung saya oleh petugas kesehatan. Bukan sakit sih lebih ke ngilu dan geli.
Setelah petugas memberi label pada kantong napas sesuai nama kita, maka kita bisa membayar dengan uang pas. Lalu, kita menuju loket pemeriksaan sampel. Di sinilah keruwetan mulai terasa.
Sebenarnya, PT KAI sudah memberikan tata cara yang cukup jelas. Kita harus membuka pengait tutup kantong napas lalu mencobanya. Kita bisa memulai tes Genose dengan meniup kantong tersebut sampai penuh dan segera menutupnya.
Ketika kantong napas sudah penuh dan tertutup sempurna, maka kita harus segera mengunci penutup kantong agar udara tidak keluar lagi. Yah hampir sama sih dengan meniup balon. Malah saya merasa Tes Genose ini seperti lomba meniup balon lantaran siapa cepat bisa meniup kantong hingga penuh, maka ia berksempatan mendapatkan hadiah berupa surat bebas covid dengan cepat. Alias, lebih cepat kelar urusan, hehe.
Sebenarnya, petunjuk untuk menggunakan kantong Genose sudah ada. Sayang, petunjuk ini tidak banyak dipahami oleh para calon penumpang terutama mereka yang baru pertama kali melakukan tes ini. Kesulitan utama tentu terjadi saat membuka dan menutup kunci kantong. Untuk itulah, sebenarnya perlu satu petugas tambahan yang khusus memandu calon penumpang sambil memanggil mereka yang hasilnya sudah diketahui.
Alhamdulillah, tes Genose saya hasilnya negatif. Kalau ditotal, ini tes keempat covid saya. Dua kali tes anti bodi saya lakukan saat awal-awal covid dulu dan sekali saat saya ingin swab antigen gegara sakit batuk tak berkesudahan. Hanya perlu 30 menit mulai mendaftar dan menunjukkan kode booking hingga mendapatkan hasil. Waktu yang hampir sama jika kita memilih tes antigen.
Barangkali ada pembaca yang tahu atau pernah menggunakannya. Cerita yuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H