Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah tetap memberikan dukungan positif. Memberi semangat kembali dan memastikan bahwa kita, para pendukung mereka akan tetap ada. Indonesia tetap akan satu apa pun yang terjadi. Poin persatuan semacam inilah yang perlu kita berikan pada mereka.
Jikalau ingin melakukan protes, kita memiliki perpanjangan tangan yang memang berwenang melakukannya, semisal PBSI. Mereka bisa dengan keras protes kepada BWF sesuai kapasitasnya dengan sebagai induk organisasi bulu tangkis di negeri ini agar kejadian diskriminasi seperti ini tidak lagi terulang. Dalam kaitannya dengan MGI, yayasan yang menaungi Aurra juga bisa mengajukan usulan dan saran agar pihak MGI tetap konsisten dengan aturan yang telah dibuatnya.
Poin selanjutnya adalah meyakini bahwa apa yang terjadi dengan wakil kita di ajang internasional adalah sebuah ujian kesabaran. Sampai berapa tahan kita mendukung wakik kita dengan ikhlas demi kemajuan negara. Sampai berapa kuat kita meneriakkan chant "Indonesia" kala pemain badminton kita mencetak poin. Dan sampai berapa tahan jari-jemari lentik kita mendukung perwakilan kontes kecantikan dalam bentuk voting sebanyak-banyaknya. Meski, dalam hati yang paling dalam rasanya nyesek setelah bergadang semalaman tiada henti jari jemari ini mengobrak-abrik laman Miss Grand International lewat vote yang sudah diberikan.
Yang tak kalah pentingnya, di balik sebuah musibah atau ujian, pasti ada hikmahnya. Mungkin, All England bukanlah ajang yang menjadi saat wakil untuk menjadikan pemain Indonesia bersinar. Namun, bisa saja Piaia Thomas, Piala Uber, Piala Sudirman, atau bahkan olimpiade musim panas dan berbagai turnamen lain. Bisa saja, dengan kejadian yang menyakitkan ini, menjadi titik balik bagi dunia bulu tangkis Indonesia bahwa sudah saatnya kita mendominasi berbagai nomor, baik tunggal maupu beregu, putra dan putri.
Dalam kaitannya dengan kekalahan menyakitkan wakil Indonesia pada babak voting Miss Grand International, bisa saja ini juga menjadi tanda kemenangan Aurra yang sesungguhnya. Aurra tidak pantas masuk melalui babak voting tetapi ia sangat layak masuk 20 besar melalui penilaian dewan juri. Kekalahan ini juga bisa membuktikan bahwa Aurra tidak saja menang secara dukungan tetapi menang secara kualitas. Banyak pengamat media dan pageant yang menaruh perhatian besar pada Aurra. Itu tampak pada seringnya ia diwawancarai seputar karantina yang sedang dihadapinya. Bukan mustahil, Aurra akan membawa mahkota MGI untuk kedua kali bagi Indonesia.
Juara yang sejati bukanlah mereka yang selalu menang dalam setiap pertandingan. Juara yang sejati adalah mereka yang bisa bangkit setelah mereka mengalami kekalahan terlebih kekalahan tersebut amat menyakitkan. Saya yakin, mental juara para pemian buku tangkis dan wakil Indoneisa di ajang kontes kecantikan bukanlah kaleng-kaleng. Dan mental itu akan kembali bangkit lewat dukungan positif kita kembali.
Sebagai penutup, alasan kita mendukung wakil Indonesia habis-habisan karena kita ingin ada yang kita banggakan dari negara kita. Melihat bangsa ini yang sedang tidak baik-baik saja, rasanya mendapatkan hasil maksimal dari mereka yang bertanding di ajang internasional seperti oase yang amat menyegarkan. Ketika saa melihat berita korupsi, dan segala bentuk ketidakadilan di negeri ini, hati saya kembali cerita setelah melihat Aurra mengibarkan bendera merah putih untuk berjuang di sana.
Jadi, mari kita tetap dukung wakil kita meski sadar saat ini kondisi semakin sulit. Sebagai informasi, beberapa hari ke depan Miss Grand International akan melakukan vote untuk memilih kostum nasional terbaik. Mati kita rapatkan barisan untuk mendukung wakil kita kembali semampu kita agar sematan kostum nasional terbaik bisa kita raih kembali.
Yuk bisa yuk... yuk bangkit yuk..
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI