Ini dikarenakan pehelatan Miss Universe berbeda dengan ajang model biasa yang mensyaratkan dua hal tersebut agar pemenangnya dan para pesertanya menjadi role model. Tak sekadar model biasa dan bisa menginspirasi para wanita di seluruh dunia. Sesuai tagline mereka, para pemenang bisa menjadi inspiring and empowering woman.
Melihat public speaking Ayuma sebenarnya cukup bagus. Ia lancar dalam menjawab pertanyaan, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Akan tetapi, pada poin tertentu, Ayuma masih terasa belum yakin dengan jawaban yang ia berikan. Bisa dikatakan ada sedikit keraguan ketika menjawab pertanyaan tersebut walau Ayuma tetap berusaha terlihat meyakinkan.
Pun demikian dengan kemampuan bahasa Inggris. Banyak yang membandingkan kemampuan bahasa Inggris Ayuma dengan Frederika. Bagi saya ini tak bisa dibandingkan karena sejak kecil Frederika sudah terbiasa dengan bahasa Inggris dan memang keturunan Inggris. Aksen berbicara Frederika memang sudah terlatih sejak kecil.
Berbeda halnya dengan Ayuma yang sama seperti saya baru belajar bahasa Inggris di bangku sekolah. Aksen bahasa Inggris orang Indonesia terdengar kental. Namun, bagi saya yang mendengarnya masih jelas dan mudah ditangkap. Itu sudah cukup dan masih bisa diasah kembali dalam siswa waktu yang masih ada.
Barangkali, Ayuma bisa belajar untuk berbicara mengenai isu-isu mengenai pendidikan dan wanita. Isu ini banyak sekali diangkat sebagai bahan dalam penilaian Miss Universe. Meski, isu-isu lain pun juga penting. Yang jelas, berlatih public speaking secara kontinyu adalah kunci.
Nah yang menjadi titik fokus selanjutnya dan bagi saya menarik adalah advokasi. Advokasi ini yang membuat peserta Miss Universe tidak dituntut cantik secara fisik tapi juga hati. Advokasi juga yang membuat saya tertarik mengikuti female pageant karena tidak ada pada male pageant.
Ayuma membawa advokasi bertajuk Senyum Desa, Senyum Indonesia. Walau bukan sebagai pendiri dari gerakan ini, Ayuma sudah lama bergerak di dalamnya untuk berusaha mengurangi ketimpangan antara kehidupan anak-anak desa terpencil dengan anak kota terutama di bidang pendidikan.
Ayuma dan rekannya dalam gerakan tersebut terjun ke desa untuk mengajar, memberi layanan kesehatan gratis, membangun taman bacaan hingga berbagi sembako. Dalam gerakan tersebut, mereka juga memberika pemahaman pada para wanita, khususnya ibu muda mengenai pernikahan. Lantaran, di desa masih cukup tinggi tingkat pernikahan dini.
Advokasi ini bagi saya menarik meski belum berfokus pada satu bidang yang dirasa paling penting. Saya mencotohkan dengan advokasi yang dibawa oleh Frederika mengenai pembuatan akta kelahiran.
Bisa saja, Ayuma mencari satu fokus yang sederhana, tetapi berdampak luas bagi masyarakat dan belum pernah diangkat oleh kontestan lain pada panggung Miss Universe. Terlbih, jika advokasi tersebut bisa dilakukan secara berkelanjutan dan tidak hanya sesaat untuk kepentingan ajang ini.