Meski demikian, ibu bercerita ketika ia begitu bahagia saat saya bisa lancar membaca saat usia 4 tahun. Saat anak-anak lain belum bisa melakukannya. Tiap manusia memiliki kemampuan sendiri-sendiri dalam menggapai kehidupannya. Begitu kata ibu yang kerap beliau sampaikan. Jujur, poin ini sampai kini terus saya pelajari.
Bagi ibu, ini juga merupakan proses untuk menghargai diri sendiri lantaran tidak serta merta keadaan keluarga kami bisa sama dengan keluarga lain yang bisa berkumpul setiap hari. Ibu hanya pulang setiap sebulan sekali. Dalam lubuk hati yang paling dalam saat itu, rasanya berat sekali saat melepas ibu bekerja.
Saya kembali belajar untuk bisa ikhlas melepas ibu ketika beliau bercerita betapa sulitnya keadaan sekolah di sana. Terlebih, saat itu ibu mengajar di dua sekolah lantaran benar-benar kekurangan guru. Melihat ibu yang ceria ketika bercerita, saya pun akhirnya bisa ikhlas melepas kepergian beliau untuk bertugas. Dari pengalaman melepas ibu bekerja, saya belajar ikhlas untuk memandang posisi saat ini sebagai anugerah dari Tuhan. Kadang, saya masih sempat bertanya kepada diri sendiri kenapa saya harus salah jurusan dan mengajar anak-anak lewat bimbel. Kenapa saya harus menekuni dunia blog dan tulis-menulis yang tak semua lingkungan terdekat saya bisa memahaminya.
Kala saya bercerita seperti ini, selain mengembalikan dengan pertanyaan pilihan yang saya ambil, ibu pun bercerita tentang jalan hidup yang digariskan Tuhan. Bisa jadi, posisi yang saya dapat saat ini adalah yang terbaik menurut Tuhan. Sama dengan posisi ibu yang harus mengajar di tempat terpencil  terlebih dahulu. Toh dengan ikhlas menerima apa yang kita dapatkan saat ini sembari tetap berusaha dan berdoa, maka suatu saat hal yang indah akan kita dapatkan.
Pun saat ibu akhirnya bisa mutasi ke sekolah yang dekat dengan rumah dengan cara jujur dan mudah, itu adalah buah dari hasil dari kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Buah yang dapat dinikmati saat ini dengan bisa berkumpul bersama keluarga. Apa yang telah dijalani dan didapatkan ibu ini membuat saya yakin pada suatu saat nanti, saya akan memetik dari kerja keras dan menerima apa yang saya dapat selama ini.Â
Ketika mulai bisa mencintai dan menghargai diri sendiri, maka kita akan bisa berhubungan dengan orang lain. Dan tentunya, kita bisa belajar banyak dengan berjalan-jalan di tempat yang baru. Ini juga yang membuat saya belajar dari ibu untuk berani traveling ke tempat baru sekaligus berkomunitas. Pergi ke Jakarta sendirian dan ikut Kompasianival misalnya.
Dengan menghargai diri sendiri, maka kita bisa fokus berusaha semaksimal mungkin sembari berdoa dan berpasrah pada Tuhan terlepas dari kegagalan yang pernah kita dapatkan. Segala kesulitan memang akan kita lalui tetapi akan ada titik ketika kita bisa menaklukkan kesulitan itu. Dan, itu semua bisa saya pelajari dari ibu saya.