Jujur, kami yang ada di dalam sistem tersebut tidak begitu enjoy dalam melakukan pembelajaran. Kami seakan dikejar waktu dan target tertentu sehingga seakan terengah-engah. Bukan hanya saya saja, melihat para siswa yang begitu kepayahan dalam menyerap materi yang dipelajari, persepsi itu terlihat nyata.
Saya mencoba merefleksikan diri. Apa memang saya tidak bisa mengajar dengan baik atau sistem yang saya ikuti belum memberikan ruang untuk bisa melakukan kegiatan ini dengan maksimal.
Di bulan puasa itu, ada 1 tema pembelajaran yang belum saya selesaikan. Lebih tepatnya 2 dari 3 sub tema. Dua tema terakhir terdapat muatan matematika berisi materi statistika cukup rumit. Saya lalu melihat kalender. Â Dan alamak. Penilaian Akhir Tahun (PAT) tinggal 6 hari lagi! Padahal, untuk menghabiskan dua tema tersebut, paling tidak perlu waktu dua minggu.
Baiklah, saya pun mengebut dan awalnya berniat meminta siswa saya mengerjakan BKS dan buku tema dengan cukup banyak. Namun, lagi-lagi saya sadar. Ini kan bulan puasa. Apa mereka tidak tarawih? Apa mereka tidak tadarus dan melakukan aktivitas keagamaan lain yang hanya bisa mereka lakukan di saat Ramadan saja?
Ah, saya jadi bimbang.
Akhirnya, saya pun membuat rangkuman dan soal, beberapa diantaranya bekerja sama dengan teman guru lain agar kegiatan belajar yang singkat di masa puasa itu bisa lebih efektif. Saya ingin mencari win-win solution agar pendidikan umum dan agama murid-murid saya bisa berjalan seimbang.Â
BKS pun tidak jadi saya jadikan tugas kepada murid-murid saya. Untunglah, meski dengan terengah-engah, kegiatan PAT pun bisa berjalan baik dan nilai anak-anak memuaskan.
Baru sebentar saja memasukkan nilai rapor eh tiba-tiba hari sudah siang. Selepas zuhur saat mencetak lembar demi lembar tahu-tahu sudah mau azan maghrib. Beberapa waktu bahkan saking asyiknya mengerjakan rapor, kami pun berbuka puasa di sekolah lantaran azan maghrib yang segera berkumandang.
Saat kita betul-betul terpancang oleh target dan waktu tanpa menikmati proses di dalamnya. Padahal, jika disandingkan dengan momen puasa, pendidikan yang dilaksanakan seharusnya adalah kenikmatan dari kegiatan kerja keras yang dilakukan.