Bingung mau menulis apa, hahahaha.
Rasanya segala permasalahan terlalu banyak untuk ditulis. Saking banyaknya, saya malah bingung akan menulis yang mana. Jadi, saya tak akan menuliskan satu pun jua. Lalu, apakah tulisan ini akan berakhir?
Oh tidak, tunggu dulu. Di hari Jumat ini yang kerap dijuluki dengan Jumat berkah, seperti banyak pekerja lain, saya akan memulai hari dengan niatan bekerja setengah hari saja. Termasuk, dalam tulisan ini yang biasanya saya ngegas tetapi sekarang saya pilih tema yang ringan saja.
Jadi begini, berhubung saya memiliki penyakit GERD dan masih ingin makan sambal, maka saya harus memiliki pelampiasan lainnya. Salah satunya adalah melihat channel YouTube Food Vlogger. Uniknya, saya termasuk orang yang pilih-pilih menonton konten YouTube. Maklum, anak kos irit kuota.
Setelah menimbang dan memutuskan serta melihat beberapa channel YouTube, saya pun memutuskan memilih Channel Farida Nurhan. Channel milik Omay -- sapaan akrab Farida ini menjadi salah satu jujugan saya ketika membuka channel YouTube. Dengan tagline "awur-awur emplok", channel ini selalu saya tunggu pula notifikasi terbaru videonya.
Apa yang membuat saya begitu ingin melihat channel ini?
Tak lain, makanan yang di-review oleh Omay adalah makanan yang tak jauh-jauh dari kehidupan saya. Tempe, tahu, ayam goreng, sambal, pete, dan beberapa sayur yang banyak terasosiasi dengan rakyat jelata seperti genjer sering ia santap. Ini tentu berbeda dengan YouTuber lain yang kerap mengulas makanan mahal, kekinian, dan warga biasa seperti saya tak mampu menjangkaunya.
Bisa jadi, konten yang menyajikan makanan biasa ini lebih menarik minat banyak orang untuk melihatnya. Jujur, banyak orang yang mencari referensi kuliner yang bisa mereka jangkau.Â
Walau terkesan biasa-biasa saja, tentuada nilai lebih di dalamnya -- sebuah kenikmatan sederhana -- yang selalu ada di balik video Farida Nurhan. Orang mulai banyak mengalihkan tontotan apa yang bisa mereka jangkau dibandingkan menonton hal-hal mewah yang mustahil didapat.
Omay sendiri kerap memasak di dapur yang diklaim sebagai dapur termahal di seluruh dunia. Entah apa alasan klaim ini, bisa jadi ini sebuah sarkasme. Sebuah hal yang membuat nikmat tak melulu berasal dari hal yang wah.Â
Walau di dibuat di dapur termahal di seluruh dunia, omay pun hanya memasak tempe, tahu, pete, dan beberapa bahan lain yang sering ia klaim sebagai sisa bahan sebelumnya atau diberi orang lain.Â
Kemewahan yang ada pun biasanya dari ayam goreng atau telur goreng yang ia santap dengan lahap. Berbalur dengan nasi jagung yang dimakan di sebuah baki besar, saya yakin hampir semua orang yang menontonnya akan ikut ngiler.
Makanya, di setiap video yang ia unggah rata-rata tersaji aneka hidangan dengan dominasi menu sambal sebagai menu utama. Tak hanya itu, Omay juga sering mengunggah makanan yang ia beli di pinggir jalan.Â
Makanan yang murah meriah dan tentunya tetap menggoda selera orang untuk memakannya. Dengan unggahan yang dibuat omay, bukan tidak mungkin pedagang tersebut akan ikut terkerek oleh ulasannya yang sebagian besar positif.Â
Rekomendasi dengan sebuah poster yang ia tempel semakin meneguhkan warung tersebut memang layak dikunjungi. Saya senang dengan YouTuber semacam ini yang lebih memprioritaskan warung kecil. Ini juga ikut mengembangkan kuiner lokal kan?
Namun, di antara semua hal yang ia ulas, semangat positif yang ia berikan kepada pemirsanya adalah yang paling saya suka. Saya tahu sedikit latar belakang Omay yang pernah menjadi TKW dan kejadian pahit yang dialami oleh putrinya.Â
Dengan pahit getirnya kehidupan yang telah ia alami, Omay malah terus memberikan pengajaran bahwa segala sesuatu yang dihadapi diambil postifnya saja. Dari sekian video yang saya tonton, saya jarang lho melihat Omay kompalain terhadap masakan atau tempat yang ia ulas.
Terakhir, saya selalu suka dengan cara makan Omay yang hampir selalu menghabiskan makanan yang ia makan. ini menjadi poin plus dari seorang food vlogger yang sebaiknya memberikan pengajaran bahwa makanan harus dihabiskan.Â
Kalau pun tidak bisa ia habiskan, Omay biasanya memberikan pernyataan bahwa makanan yang tidak habis akan dihabiskan oleh krunya. Meski sepele, perilaku seperti ini penting dilakukan oleh para vlogger agar menjadi contoh yang baik. Jujur, saya kurang suka dengan video mukbang yang dilakukan oleh banyak vlogger.
Sebagai pembuat konten, tentu ada kekurangan yang dimiliki Omay. Ada juga hujatan kepadanya terlebih saat ia ikut mengomentari mengenai masalah TKW di Hongkong yang mendapatkan perlakuan kurang baik dari sang majikan.Â
Omay juga sempat mendapat teguran saat memakan telur penyu di sebuah warung di Aceh. Untunglah, ia segera mengklarifikasi dan memotong video tersebut. Dan, lagi-lagi, ia hanya memberikan pengajaran positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Menemukan channel seperti Omay ini bagi saya yang pemilih cukup sulit. Terlebih, saat ini banyak vlogger yang lebih mementingkan viewer daripada isi konten baik dan positif yang mereka suguhkan.
Sebagai penutup, semoga sukses ya untuk omay. Saya makan dulu.
Hayuk, dimulai.
Awur-awur....emplok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H