Demikian pula saat ada saja oknum Bonekmania yang keras kepala datang ke pertandingan yang tanpa penonton, ini juga menandakan masih ada saja yang mbalelo. Podo wae.
Entah sampai kapan perseteruan yang kerap memakan korban ini akan berakhir. Padahal, sekarang sudah ada usaha untuk tidak memupuk kebencian itu sejak dini.Â
Di Malang sendiri, sudah mulai ada gerakan untuk tidak mengajari anak kecil mengumpat dan mengolok-olok tim Persebaya dan Bonekmania. Usaha ini akan lebih berhasil jika didukung upaya yang berkelanjutan dari mereka yang sudah dewasa.
Barangkali, rasa saling membutuhkan yang akan membuat kedua kelompok supporter bola ini bisa akur. Bonekmania saja bisa akur dengan LA Mania -- kelompok suporter bola Persela Lamongan -- karena pernah saling berhutang budi.Â
Pun Aremania yang begitu mesra dengan The Jack Mania yang terbukti saat saya membawa tas berlogo Arema langsung disapa hangat oleh seorang berkaos Persija di kawasan FX Sudirman.
Dengan jarak tak sampai 100 km, orang Malang dan Surabaya sebenarnya saling membutuhkan. Banyak orang Malang bekerja di Surabaya dan sebaliknya. Sudah tak terhitung pula orang Malang yang akhirnya berjodoh dengan orang Surabaya.Â
Melahirkan generasi baru antara Aremania dan Bonekmania. Kalau pemikiran ini semakin dimengerti oleh mereka yang tertutup egonya, bisa jadi tak akan ada lagi peristiwa bentrok dua suporter bola ini.
Tapi entah kapan. Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H